Eropa menuju integrasi keuangan

Kamis, 21 Juni 2012 - 09:09 WIB
Eropa menuju integrasi...
Eropa menuju integrasi keuangan
A A A
Sindonews.com – Negara-negara Eropa menyatakan akan menuju ke arah integrasi keuangan yang lebih luas untuk meningkatkan kepercayaan wilayah itu dalam upaya memperbaiki krisis keuangan.

Kesepakatan tersebut meliputi pengawasan perbankan bersama, resolusi dan rekapitalisasi perbankan, serta pengawasan industri asuransi.“Eropa berjanji mendukung dan mempertimbang kan langkahlangkah nyata menuju arsitektur keuangan yang lebih terintegrasi,” ujar pernyataan bersama kelompok 20 negara maju dan berkembang (G-20) seperti dikutip AFP, kemarin. Komunike tersebut didukung sepenuhnya oleh anggota Uni Eropa terutama Jerman, Prancis, dan Inggris.

Kesepakatan tersebut muncul di bawah tekanan kuat agar Eropa melakukan tindakan tegas dan cepat untuk meredam kekhawatiran di pasar obligasi Spanyol yang menyentuh rekor tertinggi pada awal pekan ini. Sebelumnya Amerika Serikat (AS), Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF),dan Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) mendesak adanya integrasi perbankan yang lebih besar di zona euro.

Mitra Eropa tersebut juga berharap adanya upaya meningkatkan kepercayaan lebih kepada perbankan Eropa yang bermasalah. “Kami mendukung rencana para pemimpin Eropa untuk mengatasi krisis zona euro, pasalnya dalam komunike akhir, para pemimpin dunia mengatakan bahwa mereka akan melakukan semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi kawasan zona euro,”papar Presiden AS Barack Obama. Secara detail, integrasi keuangan merupakan langkah menuju persatuan perbankan.

Nantinya, seluruh simpanan dana Eropa yang dijamin oleh otoritas setempat akan digunakan untuk menutup kerugian perbankan yang bermasalah. Pendukung Eropa yakin persatuan perbankan akan mematahkan siklus di mana bank diwajibkan untuk bergantung pada pemerintah negara. Jerman sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Eropa sebelumnya menolak pembagian beban utang yang menimbulkan kekhawatiran sistem perbankan.Hal ini didasarkan karena Jerman mengklaim memiliki perbankan lebih sehat.

Dengan aturan tersebut, alhasil perbankan Jerman diwajibkan membantu perbankan lemah di negara-negara yang tidak disiplin. Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengungkapkan, pada pertemuan puncak G-20 di Los Cabos,Meksiko, para pemimpin Eropa telah berkomitmen melakukan semua langkah yang diperlukan guna menjaga integritas dan stabilitas kawasan Eropa.“Tujuan Eropa mempertimbangkan langkah nyata menuju arsitektur keuangan yang lebih terintegrasi merupakan hal penting,” katanya.

Pada pertemuan rutin para pemimpin G-20 tersebut, IMF juga mendapat angin segar dengan adanya kesediaan sejumlah negara berkontribusi pada pendanaan lembaga donor itu. Menurut AFP, pada konferensi tingkat tinggi (KTT) itu, IMF mendapatkan komitmen pendanaan sebesar USD456 miliar, naik dari target sebelumnya USD430 miliar.

Negara-negara berkembang yang dipimpin China menjadi salah satu kontributor utama pada pendanaan yang ditujukan untuk mengatasi krisis keuangan di zona euro tersebut.Pada kesempatan tersebut China menawarkan pendanaan sebesar USD45 miliar sebagai cadangan jika diperlukan untuk memerangi krisis. Negara berkembang seperti Brasil,India,Rusia,dan Meksiko masing-masing akan memberikan kontribusi sebesar USD10 miliar.

Sementara negara maju,Jepang menjadi negara yang paling banyak memberikan pendanaan yakni USD60 miliar,diikuti Jerman USD54,7 miliar,Prancis USD41,4 miliar, dan Italia USD31 miliar. “Sumber daya ini akan menjadi dana siaga guna mencegah krisis dan sebagai jalan keluar bagi negara anggota yang membutuhkan,” ujar Lagarde.Pada kesempatan tersebut IMF juga mengindikasikan bahwa saat ini pihaknya terbuka untuk negosiasi ulang program bailout sebesar 130 miliar euro (USD165 miliar) untuk Yunani.

Namun harapan bahwa pemilihan umum Yunani telah membantublokmatauangtunggal dalam menyelesaikan krisis utang sedikit terganggu karena masih ada anggota Uni Eropa dihadapkan pada tingginya biaya pinjaman seperti dialami Spanyol. Pada Selasa 19 Juni lalu, imbal hasil (yield) obligasi Spanyol untuk jangka waktu 12–18 bulan mencapai rekor baru yakni 5,01 persen. Capaian itu jauh di atas yield pada lelang surat utang sebelumnya yang hanya 3,3 persen.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0484 seconds (0.1#10.140)