Domba Garut belum mampu penuhi pasar ekspor
A
A
A
Sindonews.com - Peluang ekspor Domba Garut ke mancanegara untuk dikonsumsi sangat besar. Pasalnya, hingga kini Jawa Barat (Jabar) belum mampu memenuhi permintaan sejumlah negara akan domba lokal yang menjadi ikon Kabupaten Garut tersebut.
Sekjen Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Jabar Dody Suhadi menyebutkan, paling sedikit satu negara biasanya meminta Domba Garut sebanyak 500 ribu ekor. Negara-negara peminat Doba Garut ini adalah Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, hingga Saudi Arabia.
“Kita terkendala proses pembibitan ternak Domba Garut. Permintaannya sangat banyak, sedangkan produksi ternaknya sendiri masih relatif sedikit,” kata Dody, Kamis (21/6/2012).
Berdasarkan data Dinas Peternakan Jabar pada tahun 2011 lalu, jumlah Domba Garut secara keseluruhan mencapai 4,8 juta ekor. Jumlah tersebut diproduksi oleh kurang lebih 600 ribu peternak Domba Garut.
“Bila ditotal, kebutuhan Domba Garut yang diminta negara-negara lain itu bisa melebihi jumlah Domba Garut yang ada. Sedangkan para peternaknya sendiri bukan hanya dari Garut saja, tetapi juga peternak dari seluruh kabupaten dan kota lain di Jabar,” ujarnya.
Menurut Dody, sejumlah negara ini meminati Domba Garut karena bobot dan kualitas serat dagingnya. Selain itu, kadar kolesterol Domba Garut pun sangat rendah bila dibandingkan dengan daging sapi. “Ini yang menjadi poin utama negara asing menyukai Domba Garut,” ucapnya.
Namun demikian, Dody mengakui, selama ini ekspor Domba Garut ke luar negeri tidak pernah utuh dalam keadaan hidup, melainkan dalam bentuk daging potong yang sudah dibekukan. Itu pun jumlahnya masih sangat sedikit, yakni di kisaran 250 kg hingga setengah ton saja.
“Sebagai contoh, pengiriman daging Domba Garut untuk Singapura tidak pernah bisa tecukupi. Soalnya bila dihitung-hitung, satu restoran di sana membutuhkan 100 ekor Domba Garut per harinya. Pengiriman Domba Garut,” ungkapnya.
Meski begitu, lanjut Dody, tidak menutup kemungkinan penjualan Domba Garut ke luar negeri juga dilakukan dalam keadaan hidup per ekor. Terkait adanya kekhawatiran Domba Garut akan diklaim oleh salah satu negara penerima ekspor, ia meminta para peternak Domba Garut untuk tidak panik.
“Soalnya, sekarang Domba Garut sudah didaftarkan ke Food Agricultural Organization (FAO) bahwa domba ini merupakan plasma nutfah Indonesia. Bahkan, SK Menteri Pertanian No: 2914/Kpts/OT.140/6/2011 tentang Penerapan Rumpun Domba Garut pun sudah sangat cukup memperkuat bahwa Domba Garut adalah asal Indonesia,” jelasnya.
Sementara itu, seorang peternak Domba Garut asal Kampung Waas Tonggoh, Desa Sukahati, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Umar, 54, menuturkan, dirinya memerlukan modal yang sangat besar agar proses pembibitan bisa dilakukan secara besar-besaran. Umar mengaku, selama ini tata cara beternak yang dilakukannya masih secara tradisional.
“Penjualannya juga masih terbatas untuk kawasan Bandung, Sumedang, dan Tasikmalaya. Itu ada yang untuk dibibitkan dan dibesarkan, ada juga yang untuk hobi. Harganya memang menjanjikan, paling rendah harganya Rp7 juta. Sedangkan paling tinggi Rp50 juta,” tuturnya.
Sekjen Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) Jabar Dody Suhadi menyebutkan, paling sedikit satu negara biasanya meminta Domba Garut sebanyak 500 ribu ekor. Negara-negara peminat Doba Garut ini adalah Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, hingga Saudi Arabia.
“Kita terkendala proses pembibitan ternak Domba Garut. Permintaannya sangat banyak, sedangkan produksi ternaknya sendiri masih relatif sedikit,” kata Dody, Kamis (21/6/2012).
Berdasarkan data Dinas Peternakan Jabar pada tahun 2011 lalu, jumlah Domba Garut secara keseluruhan mencapai 4,8 juta ekor. Jumlah tersebut diproduksi oleh kurang lebih 600 ribu peternak Domba Garut.
“Bila ditotal, kebutuhan Domba Garut yang diminta negara-negara lain itu bisa melebihi jumlah Domba Garut yang ada. Sedangkan para peternaknya sendiri bukan hanya dari Garut saja, tetapi juga peternak dari seluruh kabupaten dan kota lain di Jabar,” ujarnya.
Menurut Dody, sejumlah negara ini meminati Domba Garut karena bobot dan kualitas serat dagingnya. Selain itu, kadar kolesterol Domba Garut pun sangat rendah bila dibandingkan dengan daging sapi. “Ini yang menjadi poin utama negara asing menyukai Domba Garut,” ucapnya.
Namun demikian, Dody mengakui, selama ini ekspor Domba Garut ke luar negeri tidak pernah utuh dalam keadaan hidup, melainkan dalam bentuk daging potong yang sudah dibekukan. Itu pun jumlahnya masih sangat sedikit, yakni di kisaran 250 kg hingga setengah ton saja.
“Sebagai contoh, pengiriman daging Domba Garut untuk Singapura tidak pernah bisa tecukupi. Soalnya bila dihitung-hitung, satu restoran di sana membutuhkan 100 ekor Domba Garut per harinya. Pengiriman Domba Garut,” ungkapnya.
Meski begitu, lanjut Dody, tidak menutup kemungkinan penjualan Domba Garut ke luar negeri juga dilakukan dalam keadaan hidup per ekor. Terkait adanya kekhawatiran Domba Garut akan diklaim oleh salah satu negara penerima ekspor, ia meminta para peternak Domba Garut untuk tidak panik.
“Soalnya, sekarang Domba Garut sudah didaftarkan ke Food Agricultural Organization (FAO) bahwa domba ini merupakan plasma nutfah Indonesia. Bahkan, SK Menteri Pertanian No: 2914/Kpts/OT.140/6/2011 tentang Penerapan Rumpun Domba Garut pun sudah sangat cukup memperkuat bahwa Domba Garut adalah asal Indonesia,” jelasnya.
Sementara itu, seorang peternak Domba Garut asal Kampung Waas Tonggoh, Desa Sukahati, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Umar, 54, menuturkan, dirinya memerlukan modal yang sangat besar agar proses pembibitan bisa dilakukan secara besar-besaran. Umar mengaku, selama ini tata cara beternak yang dilakukannya masih secara tradisional.
“Penjualannya juga masih terbatas untuk kawasan Bandung, Sumedang, dan Tasikmalaya. Itu ada yang untuk dibibitkan dan dibesarkan, ada juga yang untuk hobi. Harganya memang menjanjikan, paling rendah harganya Rp7 juta. Sedangkan paling tinggi Rp50 juta,” tuturnya.
()