Intip tips aman mengambil KPR

Selasa, 26 Juni 2012 - 15:40 WIB
Intip tips aman mengambil...
Intip tips aman mengambil KPR
A A A
Sindonews.com - Memiliki rumah idaman adalah impian bagi setiap keluarga. Dengan adanya kemudahan untuk memiliki rumah idaman melalui program kredit pemilikan rumah (KPR) banyak hal yang mesti menjadi perhatian dalam mengatur pengeluaran.

Mengajukan KPR bukan sebatas mengumpulkan dokumen persyaratan ke bank. Tetapi pola keuangan juga harus disesuaikan agar bisa membayar cicilan KPR sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Kesuksesan dalam mengambil fasilitas KPR sangat ditentukan oleh kesehatan pola keuangan. Dengan memperbaiki penampilan keuangan Anda, maka akan makin besar kemungkinannya bahwa bank akan menerima permohonan KPR yang diajukan. Jika tidak, bukan tidak mungkin Anda akan mengalami keuangan tambal sulam yang berujung kepada ketidakmampuan membayar rumah.

Menurut pakar keuangan Safir Senduk, saat mengambil fasilitas KPR, Anda juga perlu memperbaiki penampilan keuangan Anda agar bank bisa menangkap "kesan" yang baik terhadap keuangan Anda.

Untuk itu ada beberapa hal-hal yang harus diperhatikan dalam memperbaiki penampilan keuangan Anda, seperti dikutip dari Strategi Mengambil KPR, Selasa (26/6/2012).

1. Perbaiki Catatan Rekening Bank yang Anda miliki.


Bila Anda bekerja sebagai karyawan, bank akan meminta slip gaji sebagai bukti bahwa Anda memang memiliki penghasilan sebesar jumlah tertentu setiap bulannya. Namun demikian, jangan lupa bahwa bank mungkin tidak akan percaya begitu saja kepada slip gaji tersebut. Bank biasanya masih akan meminta catatan rekening bank Anda (biasanya berupa laporan rekening koran atau buku tabungan) untuk membuktikan apakah memang benar ada uang masuk sejumlah nilai yang persis sama seperti apa yang tercantum dalam slip gaji Anda.

Sekarang, bila Anda biasa mendapatkan penghasilan secara tunai (bukan transfer), (entah apakah Anda bekerja sebagai karyawan, profesional, atau wiraswastawan) maka usahakan untuk menyetorkan penghasilan tersebut lebih dulu ke rekening Anda, sebelum Anda menggunakannya untuk membayar pengeluaran Anda sehari-hari. Dengan demikian, bank dapat membuktikan bahwa Anda memang memiliki penghasilan secara rutin sebesar minimal sekian rupiah setiap bulannya.

Dan, kalau bisa, usahakan agar catatan rekening bank tersebut menunjukkan adanya pemasukan sekitar minimal tiga sampai enam bulan terakhir penghasilan Anda.

2. Lancarkan pembayaran utang Anda di tempat lain.


Kalau Anda punya utang di tempat lain (seperti utang Kartu Kredit atau utang kepada bank lain), usahakan agar pembayaran tagihannya tidak sampai macet. Sebagai informasi saja untuk Anda, bank bisa menganalisa dan mempunyai cara tersendiri dalam memperkirakan kondisi keuangan Anda yang sebenarnya, salah satunya adalah apakah Anda pernah macet atau tidak dalam membayar utang di tempat lain. Jika diperkirakan bahwa Anda pernah macet dalam membayar utang Anda di tempat lain, bisa-bisa permohonan kredit Anda akan ditolak karena bank takut hal yang sama bisa terulang kepada mereka. Jadi sekali lagi, lancarkan pembayaran utang Anda di tempat lain.

Nah, sekarang bagaimana bila Anda ternyata pernah macet dalam membayar tagihan utang di tempat lain? Kalau itu baru-baru saja terjadi, maka Anda sebaiknya menunda permohonan KPR Anda dan melancarkan dulu pembayaran utang di tempat lain itu sampai dengan -paling tidak­ duabelas bulan ke depan. Setelah duabelas bulan, baru ajukan lagi permohonan KPR Anda kepada bank, karena ­walaupun Anda pernah punya tagihan macet di tempat lain, tapi­ diharapkan kondisi keuangan Anda sudah baik kembali dalam duabelas bulan itu. Sekali lagi, bank bisa menganalisa dan mempunyai cara tersendiri untuk memperkirakan kondisi keuangan Anda yang sebenarnya, salah satunya adalah apakah baru-baru ini Anda pernah macet dalam membayar utang di tempat lain.

3. Atur proporsi cicilan utang Anda.

Perhatikan bahwa bank ­mungkin- akan menolak Permohonan KPR Anda bila total cicilan utang Anda (termasuk cicilan KPR Anda apabila diluluskan) adalah sebesar sepertiga (atau sekitar 33 persen) dari penghasilan Anda.

Sebagai contoh, bila penghasilan rutin Anda Rp2 juta per bulan, lalu tiap bulan, Anda mencicil ini dan itu di tempat lain sebesar ­sekitar­ Rp600 ribu setiap bulan. Ini berarti, total cicilan utang Anda setiap bulan sudah memakan sekitar 30 persen dari penghasilan rutin Anda yang Rp2 juta per bulan.

Nah, andaikata permohonan KPR Anda diterima oleh bank dan Anda harus membayar tambahan cicilan KPR sebesar misalnya Rp400 ribu sebulan, maka ini berarti total cicilan utang Anda adalah Rp1 juta (atau memakan porsi sekitar 50 persen dari penghasilan rutin Anda). Di sinilah bank mungkin akan menolak Permohonan KPR Anda.

Ini karena bank berpendapat bahwa bila total cicilan utang Anda memakan porsi yang lebih besar daripada sepertiga penghasilan rutin Anda, maka bank "takut" bahwa Anda jadi kesulitan membayar pengeluaran rumah tangga Anda yang lain, sehingga ­mungkin­ akan tergoda untuk mengambil porsi yang seharusnya digunakan untuk membayar cicilan KPR. Buntutnya, ditakutkan cicilan KPR tidak bisa terbayar setiap bulannya karena uangnya dipakai untuk membayar pengeluaran rumah tangga.

Jadi bila pada saat ini Anda sudah punya Cicilan utang yang totalnya sudah mencapai 33 persen dari penghasilan rutin Anda, jangan harap permohonan KPR Anda bisa diterima. Kurangi dulu porsi cicilan utang yang 33 persen tersebut, baru Anda bisa mengharapkan agar Permohonan KPR Anda bisa diterima. Sekali lagi, bagi bank, cicilan semua utang Anda, plus cicilan KPR Anda (apabila diluluskan), harus memakan porsi maksimal sebesar 1/3 atau 33 persen dari penghasilan rutin Anda.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1044 seconds (0.1#10.140)