Masa depan lebih baik dengan pertanian organik
A
A
A
Sindonews.com - Di mana ada kendala, di situ terdapat peluang. Di balik permasalahan yang muncul, akan didapatkan pengalaman dan ilmu baru untuk memecahkan sekaligus menghadapi persoalan di masa mendatang.
“Masalah adalah ilmu, tapi bagi yang mau memecahkannya,” ujar West Area Community Enhancement Officer PT Medco E&P Indonesia Alik Sutaryat.
Filosofi ini yang menjadi pegangan PT Medco E&P Indonesia (Medco E&P) dalam mengembangkan kemandirian masyarakat sebagai bagian program community enhancement perusahaan. Termasuk ketika membantu mencarikan jalan keluar bagi masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah operasi Medco E&P yang kesulitan memperoleh barang kebutuhan sehari-hari.
Karena lokasinya yang jauh dari kota kecamatan, bahkan kabupaten, masyarakat menjadi sulit untuk mendapatkan kebutuhan sandang, papan, juga pangan. Sebagai salah satu mitra pemerintah yang berkomitmen menjalankan kegiatan eksplorasi dan produksi minyak, gas, serta energi terbarukan, Medco E&P sejak awal operasinya telah berkontribusi memberdayakan masyarakat di berbagai sektor seperti pendidikan, ekonomi, keagamaan, bantuan kemanusiaan, seni dan budaya, olahraga, serta hubungan masyarakat.
“Berbagai aksi yang terangkum dalam corporate social responsibility (CSR) tersebut diarahkan untuk mencapai keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial,dan pelestarian lingkungan,” kata Alik.
Seperti halnya masyarakat di sekitar wilayah operasi South Sumatera Extension (SSE) Soka. Setelah melakukan analisis berbagai aspek, didapat kesimpulan bahwa masyarakat kesulitan mendapatkan pasokan pangan baik beras maupun sayur-mayur yang segar. Kalaupun ada,harganya lebih mahal dibandingkan harga pasaran.
Hal ini dipengaruhi besarnya ongkos angkut barang untuk tiba di lokasi. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan dari luar ,Medco E&P perlahan mengajak masyarakat mengubah pola konsumsinya. Tidak terus-menerus membeli, tetapi bagaimana mengusahakan sendiri kebutuhan pangan itu dari lingkungan sekitar.
“Pola yang diterapkan adalah memberdayakan potensi di sekitar pemukiman warga. Daripada menunggu pasokan yang lama dan mahal, kenapa tidak memanfaatkan lahan dan pekarangan untuk menyediakan itu semua?” tutur SSE Public Affair Lead Zaid Talib Alhaddadi.
Sejak 2007, Medco Foundation bekerja sama dengan Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPLKTS) dan Yayasan Aliksa Organik SRI memfokuskan pada pengembangan System of Rice Intensification (SRI) Organik, yakni metode penanaman padi tanpa menggunakan bahan kimia dan pestisida sehingga berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan dan sehat untuk dikonsumsi.
Keunggulan padi SRI Organik antara lain dapat menghemat biaya produksi (biaya bibitdanpemakaianair),ramah lingkungan, serta memiliki produktivitas tinggi.
Sejak awal dikembangkan, SRI Organik mendapat dukungan penuh pendiri MedcoEnergi Arifin Panigoro. Hal ini sebagai wujud nyata komitmennya terhadap pertanian ramah lingkungan. Selanjutnya, SRI Organik dikembangkan di 21 provinsi di Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua.
“Tahun 2008 Medco E&P mulai memberdayakan petani di sekitar aset-aset perusahaan dengan mengembangkan SRI Organik. Pada Mei 2008 panen perdana padi organik di Soka sukses dilaksanakan, yang diikuti di Kaji pada 2009, dan di Muara Enim pada 2011,”terang Zaid.
Hingga saat ini, luas sawah binaan Medco E&P yang menerapkan SRI Organik mencapai 153 hektar, dan sebagian besar berada di Provinsi Sumatera Selatan. Perinciannya, terdapat di Desa Suka Makmur, Kecamatan BTS Ulu, Kabupaten Musi Rawas seluas 57 hektar,Muara Enim (42 hektar), dan sekitar Kaji, Musi Banyuasin (22,5 hektar).
Pengembangan SRI Organik didasari keprihatinan makin berkurangnya lahan persawahan subur akibat pengalihan lahan pertanian. ”Dengan pola SRI Organik, lahan persawahan yang tadinya kering akan kembali subur dan produktivitas padi jauh lebih besar,” tambah Community Enhancement Analyst S&CS Asset Ericka Lestari D.
Meski menguntungkan, ternyata tidak mudah mengajak petani menerapkan pola pertanian organik.Menurut Alik, kebanyakan petani enggan karena pola yang ditawarkan relatif baru sehingga mereka kurang percaya. Tetapi Medco E&P tak patah arang. Secara konsisten, perusahaan hulu migas yang beroperasi sejak 1992 ini berupaya mengubah cara pandang petani. Upaya itu terbukti membawa hasil.
Program pemberdayaan tersebut terbukti memberikan pencerahan bagi para petani. Kepala Desa Suka Makmur Wancik mengatakan, sejak Medco E&P memberikan pendampingan mengenai pertanian organik, warganya semakin banyak yang meninggalkan sistem pertanian konvensional.
Dari 15 hektar pada musim tanam pertama 2007, luas sawah yang menerapkan SRI Organik meningkat menjadi 57 hektar dengan 100 petani terlibat dan terbagi dalam empat kelompok tani.“Sebelum mengikuti pelatihan Medco E&P, kami tidak tahu pola tanaman organik.Tapi setelah mencoba, banyak keuntungan yang didapat.
Selain ongkos produksi yang jauh lebih murah, hasil panen bisa empat hingga lima kali lipat dibanding menanam dengan pola konvensional,” kata Wancik. Hal senada diungkapkan Sunoto, ketua Kelompok Tani Handayani Desa Suka Makmur.
Sunoto mengungkapkan, dari tujuh kali panen,tiap hektar sawah rata-rata menghasilkan 6 ton lebih padi organik. Jumlah itu jauh lebih besar dari sawah yang dikelola konvensional yakni rata-rata 1,5 ton padi setiap hektarnya.
Selain panen melimpah, keuntungan lain juga didapat. Pengembangan SRI Organik di Kabupaten Musi Rawas memenangkan Pameran Teknologi Tepat Guna (TTG) VIII dan Expo PNMP tingkat Provinsi Sumsel 2012 di Lubuklinggau, 9-12 Mei 2012.
“Kami bersiap mengikuti ajang serupa untuk tingkat nasional di Batam Oktober mendatang. Mudahmudahan hasil terbaik bisa didapatkan dan ajang itu bisa semakin memasyarakatkan beras organik,” harap Sunoto.
Tidak hanya di Desa Suka Makmur,Medco E&P juga melakukan pendampingan dan pembinaan petani organik di Desa Embawang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim.Di wilayah ini para petani yang menggunakan pola SRI Organik telah memasuki musim tanam keempat.
“Sejak menggunakan pola SRI Organikhasilpanenmelonjaktajam. Pada panen pertama rata-rata per hektar mencapai 6,8 ton. Lalu pada 2011 naik jadi 7,3 ton dan panen ketiga 7,5 ton. Jelas sangat menguntungkan petani. Sebab selain ongkos produksi berkurang karena tidak membeli lagi pupuk kimia dan pestisida, sebagian hasil panen bisa dijual,” ujar Ketua Kelompok Studi Petani (KSP) Beringin Desa Embawang, Asdian.
Sebagai informasi tambahan, untuk tahun 2012 ini Medco E&Ptidak hanya mengembangkan padi SRI Organik, tetapi juga sudah memulai program budidaya karet organik di sekitar wilayah kerja Blok SSE dan Blok Lematang.
Pengembangan budidaya tersebut berada di Desa Sungai Naik, Sungai Bunut, Mekar Jaya,Pangkalan Tarum,gunung Kembang Lama, dan Desa Gunung Kembang Baru, Kecamatan Gunung Kembang, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Hasilnya, produksi budidaya karet secara organik per hektar per 5 hari mencapai 58- 60 kilogram.
Meningkat tajam dari sebelumnya yang hanya 35 kilogram per hektar per 5 hari dengan menggunakan cara lama dan pupuk kimia. (bro)
()