Krisis air bersih simpan potensi paling berbahaya
A
A
A
Sindonews.com - Di antara banyak krisis yang mengancam ketahanan pangan, krisis air menempati urutan pertama. Setelah air, baru krisis pangan dan energi menyusul di belakangnya.
"Menurut para pakar, krisis yang dikhawatirkan di masa depan adalah krisis air. Jika air tidak ada, apapun program kesehatan yang dilakukan pemerintah tidak akan bermanfaat," kata Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, dalam pembukaan Raker Gubernur Anggota Forum Kerjasama Daerah Mitra Praja Utama 2012 di Hotel Panghegar, Bandung, Kamis (28/6/2012).
Para pakar mengatakan, sambung Heryawan, dibandingkan krisis energi, krisis air jauh lebih bahaya. "Jadi air dulu, baru pangan dan energi. Jangan dibalik," kata dia.
Dia mengungkapkan, dari semua provinsi di Indonesia, baru 50 persen yang sudah mendapat air bersih. Untuk itu, krisis air diharapkan menjadi perhatian peserta raker yang dihadiri perwakilan dari berbagai provinsi di Indonesia.
"Raker ini momentum penting, selain untuk membahas isu ketahanan pangan juga silaturahmi antar provinsi sebagai manifestasi kesatuan persatuan Indonesia," katanya.
Dia juga mengingatkan, masalah yang dihadapi tiap provinsi di Indonesia makin hari makin cerdas. "Jika kecerdasan kita kurang, akan dilampaui oleh masalah yang cerdas itu. Kita perlu kecerdasan yang dimiliki lebih hebat dari masalah yang kita hadapi. Dengan begitu makin hari provinsi di Indonesia makin meningkat dalam berbagai bidang kehidupan," ungkapnya.
Mengenai ketahanan pangan, diperlukan meningkatkan kesejahteraan petani. Menurutnya, petani merupakan ujung tombak dari ketahanan pangan. "Persoalan ketahanan pangan secara makro tinggal melihat keberpihakan kepada petani," katanya.
"Menurut para pakar, krisis yang dikhawatirkan di masa depan adalah krisis air. Jika air tidak ada, apapun program kesehatan yang dilakukan pemerintah tidak akan bermanfaat," kata Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, dalam pembukaan Raker Gubernur Anggota Forum Kerjasama Daerah Mitra Praja Utama 2012 di Hotel Panghegar, Bandung, Kamis (28/6/2012).
Para pakar mengatakan, sambung Heryawan, dibandingkan krisis energi, krisis air jauh lebih bahaya. "Jadi air dulu, baru pangan dan energi. Jangan dibalik," kata dia.
Dia mengungkapkan, dari semua provinsi di Indonesia, baru 50 persen yang sudah mendapat air bersih. Untuk itu, krisis air diharapkan menjadi perhatian peserta raker yang dihadiri perwakilan dari berbagai provinsi di Indonesia.
"Raker ini momentum penting, selain untuk membahas isu ketahanan pangan juga silaturahmi antar provinsi sebagai manifestasi kesatuan persatuan Indonesia," katanya.
Dia juga mengingatkan, masalah yang dihadapi tiap provinsi di Indonesia makin hari makin cerdas. "Jika kecerdasan kita kurang, akan dilampaui oleh masalah yang cerdas itu. Kita perlu kecerdasan yang dimiliki lebih hebat dari masalah yang kita hadapi. Dengan begitu makin hari provinsi di Indonesia makin meningkat dalam berbagai bidang kehidupan," ungkapnya.
Mengenai ketahanan pangan, diperlukan meningkatkan kesejahteraan petani. Menurutnya, petani merupakan ujung tombak dari ketahanan pangan. "Persoalan ketahanan pangan secara makro tinggal melihat keberpihakan kepada petani," katanya.
()