Riau Pulp siap pekerjakan 1.000 warga mengganggur
A
A
A
Sindonews.com - PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) menyatakan, pihaknya saat ini siap menampung kembali sekitar seribuan pekerja warga Pulau Padang, Kabupaten Meranti, Riau yang terpaksa menggangur.
Direktur Utama PT Riau Pulp Kusnan Rahmin kepada okezone mengatakan bahwa saat ini perusahaan sudah kembali mempekerjakan sekitar 500 orang yang sempat mengangur.
"Dan ada 500 warga lain yang selama ini bekerja di Pulau Padang siap akan kita tampung lagi," tegas Kusnan di Pekanbaru, Senin (15/10/2012).
Kusnan menyebutkan bahwa mereka akan bekerja membantu di bagian pembibitan kayu akasia. "Saat ini kita mempunyai 200 juta bibit kayu akasia yang selama ini dibudiyakan di pusat pembibitan di Kerinci, Kabupaten Pelalawan. Bibit inilah yang akan kita kembangkan di Pulau Padang dengan bantuan tenaga kerja lokal tersebut," imbuh dia.
Masih menurut Kusnan, saat ini perusahaan yang berpusat di Pangkalan Kerinci, Pelalawan telah melakukan program pemberdayaan masyarakat di Pulau Padang.
"Dan kita akan mengembangkan tanaman kehidupan itu untuk kesejahteraan masyarakat disana. Dan kita akan budidayakan pekerja lokal. " imbuhnya.
PT RAPP adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan bubur kertas dan kertas berpusat di Pelalawan. Dan tercatat sebagai perusaah pulp dan paper terbesar di Asia Tenggara. Saat ini perusahaan telah menyerap sekitar 29.500 tenaga kerja.
RAPP memperluas izinnya di Pulau Padang. Namun segelintir yang mengaku dari warga tempatan menolak konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) karena mengangap perusahaan melakukan penyerobotan lahan mereka. Mereka yang menolak kehadiran perusahaan melakukan aksi jahit mulut di Kantor DPR RI beberapa waktu lalu. Sementara RAPP memastikan tidak ada lahan warga yang diserobot.
Mereka juga mengancam akan membakar aksi bakar diri. Aksi ini membuat Pemerintah menghentikan sementara operasional perusahaan di Pulau Padang. Pengentian operasional di Pulau Padang untuk sementara yang terjadi sejak awal 2012 ini berdampak pada seribuan pekerja yang terpaksa dirumahkan.
Namun, sebagian besar warga Pulau Padang mengaku bahwa yang melakukan aksi jahit mulut adalah warga pendatang. Warga meminta agar operasional PT RAPP dibuka lagi dan mereka bisa dipekerjakan lagi untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarga.
Direktur Utama PT Riau Pulp Kusnan Rahmin kepada okezone mengatakan bahwa saat ini perusahaan sudah kembali mempekerjakan sekitar 500 orang yang sempat mengangur.
"Dan ada 500 warga lain yang selama ini bekerja di Pulau Padang siap akan kita tampung lagi," tegas Kusnan di Pekanbaru, Senin (15/10/2012).
Kusnan menyebutkan bahwa mereka akan bekerja membantu di bagian pembibitan kayu akasia. "Saat ini kita mempunyai 200 juta bibit kayu akasia yang selama ini dibudiyakan di pusat pembibitan di Kerinci, Kabupaten Pelalawan. Bibit inilah yang akan kita kembangkan di Pulau Padang dengan bantuan tenaga kerja lokal tersebut," imbuh dia.
Masih menurut Kusnan, saat ini perusahaan yang berpusat di Pangkalan Kerinci, Pelalawan telah melakukan program pemberdayaan masyarakat di Pulau Padang.
"Dan kita akan mengembangkan tanaman kehidupan itu untuk kesejahteraan masyarakat disana. Dan kita akan budidayakan pekerja lokal. " imbuhnya.
PT RAPP adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan bubur kertas dan kertas berpusat di Pelalawan. Dan tercatat sebagai perusaah pulp dan paper terbesar di Asia Tenggara. Saat ini perusahaan telah menyerap sekitar 29.500 tenaga kerja.
RAPP memperluas izinnya di Pulau Padang. Namun segelintir yang mengaku dari warga tempatan menolak konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) karena mengangap perusahaan melakukan penyerobotan lahan mereka. Mereka yang menolak kehadiran perusahaan melakukan aksi jahit mulut di Kantor DPR RI beberapa waktu lalu. Sementara RAPP memastikan tidak ada lahan warga yang diserobot.
Mereka juga mengancam akan membakar aksi bakar diri. Aksi ini membuat Pemerintah menghentikan sementara operasional perusahaan di Pulau Padang. Pengentian operasional di Pulau Padang untuk sementara yang terjadi sejak awal 2012 ini berdampak pada seribuan pekerja yang terpaksa dirumahkan.
Namun, sebagian besar warga Pulau Padang mengaku bahwa yang melakukan aksi jahit mulut adalah warga pendatang. Warga meminta agar operasional PT RAPP dibuka lagi dan mereka bisa dipekerjakan lagi untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarga.
(rna)