Surplus perdagangan Korsel menyusut 7,1 persen
A
A
A
Sindonews.com - Surplus perdagangan Korea Selatan (Korsel) pada 2012 dilaporkan menyusut 7,1 persen menjadi USD28,6 miliar. Kondisi tersebut terjadi akibat volume ekspor 'Negeri Ginseng' itu ke pasar utama Eropa mengalami penurunan.
Dilansir International Business Times, Selasa (1/1/2013), Kementerian Ekonomi Korea Selatan melaporkan, ekspor mereka turun 1,3 persen menjadi USD548,2 miliar dibanding tahun sebelumnya. Sementara volume impor tergelincir 0,9 persen menjadi USD519,5 miliar.
Pada Desember 2012, tercatat ekspor Korsel turun 5,5 persen dari tahun lalu, menjadi USD45,1 miliar. Demikian pula nilai impor mereka turun 5,3 persen menjadi USD43,07 miliar.
Korsel juga mencatat pengiriman mereka ke Eropa pada 2012 anjlok 12,5 persen menjadi USD47,6 miliar. Sementara ekspor ke China mengalami perlambatan pertumbuhan, turun 0,1 persen menjadi USD130 miliar.
Angka-angka tersebut muncul sehari setelah data resmi menunjukkan inflasi di Korsel melambat ke level terendah pada empat bulan terakhir 1,4 persen. Situasi itu memaksa Bank Sentral Korsel (BOK) melakukan kebijakan pelonggaran moneter demi mendorong pertumbuhan ekonomi.
Akibat perlambatan ekspansi dalam tiga tahun terakhir, pemerintah Korsel telah memperingatkan bahwa kondisi tersebut masih akan terjadi hingga 2013, menyusul krisis ekonomi yang masih melanda sejumlah negara Eropa.
Dilansir International Business Times, Selasa (1/1/2013), Kementerian Ekonomi Korea Selatan melaporkan, ekspor mereka turun 1,3 persen menjadi USD548,2 miliar dibanding tahun sebelumnya. Sementara volume impor tergelincir 0,9 persen menjadi USD519,5 miliar.
Pada Desember 2012, tercatat ekspor Korsel turun 5,5 persen dari tahun lalu, menjadi USD45,1 miliar. Demikian pula nilai impor mereka turun 5,3 persen menjadi USD43,07 miliar.
Korsel juga mencatat pengiriman mereka ke Eropa pada 2012 anjlok 12,5 persen menjadi USD47,6 miliar. Sementara ekspor ke China mengalami perlambatan pertumbuhan, turun 0,1 persen menjadi USD130 miliar.
Angka-angka tersebut muncul sehari setelah data resmi menunjukkan inflasi di Korsel melambat ke level terendah pada empat bulan terakhir 1,4 persen. Situasi itu memaksa Bank Sentral Korsel (BOK) melakukan kebijakan pelonggaran moneter demi mendorong pertumbuhan ekonomi.
Akibat perlambatan ekspansi dalam tiga tahun terakhir, pemerintah Korsel telah memperingatkan bahwa kondisi tersebut masih akan terjadi hingga 2013, menyusul krisis ekonomi yang masih melanda sejumlah negara Eropa.
(dmd)