Jam perdagangan baru masih temui kendala
A
A
A
Sindonews.com - Jam perdagangan bursa efek yang diperbaharui ternyata tidak langsung berdampak positif seperti yang diharapkan. Beberapa kesalahan tetap mewarnai perdagangan pertama dengan jam perdagangan yang baru.
Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh analis pasar modal dari PT Trust Securities, Reza Priyambada yang menegaskan jika dampak perubahan jam perdagangan yang baru tidak mempunyai urgensi.
Dia mengatakan pada hari pertama ini terbukti tidak ada kenaikan volume dan nilai transaksi perdagangan walaupun indeks ditutup menguat 29,8 poin dengan ditutup pada level 4.346,48. Namun data volume perdagangan hari ini menurun dari 7,7 miliar lembar saham pada akhir tahun kemarin menjadi 3,73 miliar lembar saham pada hari ini.
Tidak hanya itu, data nilai transaksi hari ini juga hanya mencapai Rp4,7 triliun yang menurun dari Rp5,6 triliun di perdagangan akhir tahun lalu. "Terbukti perubahan jam perdagangan tidak akan membawa dampak signifikan kepada likuiditas pasar," ujarnya, Rabu (2/1/2013).
Reza juga mengatakan, di hari pertama pelaku pasar mengeluhkan terjadi kebingungan dalam perdagangan hari ini. Kebingungan ini muncul pada masa preclosing, ketika pergerakan nilai saham di running trade berhenti pada pukul 15.50 WIB.
Kondisi ini sempat membingungkan para pelaku pasar yang masih ingin melakukan input harga karena ada jeda 10 menit sebelum bergerak lagi pada pukul 16.15 WIB. Pelaku pasar bingung dalam menggunakan harga di level yang mana.
Menurut para petugas di kantornya, error tersebut juga terjadi pada saat simulasi kemarin. "Error masih terjadi pada masa preclosing," ujarnya.
Dia juga menegaskan jika dampak penambahan jam perdagangan tidak akan berdampak signifikan pada likuiditas saham. Hal ini disebabkan kita masih tergantung pada sentimen pasar sebagai penentu pergerakan pasar. Sedangkan tujuan untuk tidak menjadi follower masih harus dipertanyakan karena investor asing mendominasi perdagangan. "Kita akan tetap menjadi follower selama investor asing masih mendominasi perdagangan," ujarnya.
Sedangkan analis pasar modal dari PT Recapital Securities, Pardomuan Sihombing mengatakan bursa masih harus melakukan sosialisasi jam perdagangan yang baru. Hal ini supaya para pelaku pasar bisa lebih menyesuaikan diri dengan jam yang baru ini, atau melakukan adjustment masing-masingnya. "Pelaku pasar masih harus melakukan adjustment dengan jam yang lebih awal," ujarnya.
Namun dia sepakat jika jam perdagangan baru ini tidak memiliki urgensi dalam menambah tingkat likuiditas pasar. Sisi positif yang bisa dilihat dari perubahan ini ialah kita bisa menyesuaikan jam perdagangan dengan bursa regional sehingga bisa semakin siap dalam penyatuan bursa regional. "Perubahan ini juga harus diapresiasi sebagai kesiapan kita menuju integrasi bursa di regional," ujarnya.
Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh analis pasar modal dari PT Trust Securities, Reza Priyambada yang menegaskan jika dampak perubahan jam perdagangan yang baru tidak mempunyai urgensi.
Dia mengatakan pada hari pertama ini terbukti tidak ada kenaikan volume dan nilai transaksi perdagangan walaupun indeks ditutup menguat 29,8 poin dengan ditutup pada level 4.346,48. Namun data volume perdagangan hari ini menurun dari 7,7 miliar lembar saham pada akhir tahun kemarin menjadi 3,73 miliar lembar saham pada hari ini.
Tidak hanya itu, data nilai transaksi hari ini juga hanya mencapai Rp4,7 triliun yang menurun dari Rp5,6 triliun di perdagangan akhir tahun lalu. "Terbukti perubahan jam perdagangan tidak akan membawa dampak signifikan kepada likuiditas pasar," ujarnya, Rabu (2/1/2013).
Reza juga mengatakan, di hari pertama pelaku pasar mengeluhkan terjadi kebingungan dalam perdagangan hari ini. Kebingungan ini muncul pada masa preclosing, ketika pergerakan nilai saham di running trade berhenti pada pukul 15.50 WIB.
Kondisi ini sempat membingungkan para pelaku pasar yang masih ingin melakukan input harga karena ada jeda 10 menit sebelum bergerak lagi pada pukul 16.15 WIB. Pelaku pasar bingung dalam menggunakan harga di level yang mana.
Menurut para petugas di kantornya, error tersebut juga terjadi pada saat simulasi kemarin. "Error masih terjadi pada masa preclosing," ujarnya.
Dia juga menegaskan jika dampak penambahan jam perdagangan tidak akan berdampak signifikan pada likuiditas saham. Hal ini disebabkan kita masih tergantung pada sentimen pasar sebagai penentu pergerakan pasar. Sedangkan tujuan untuk tidak menjadi follower masih harus dipertanyakan karena investor asing mendominasi perdagangan. "Kita akan tetap menjadi follower selama investor asing masih mendominasi perdagangan," ujarnya.
Sedangkan analis pasar modal dari PT Recapital Securities, Pardomuan Sihombing mengatakan bursa masih harus melakukan sosialisasi jam perdagangan yang baru. Hal ini supaya para pelaku pasar bisa lebih menyesuaikan diri dengan jam yang baru ini, atau melakukan adjustment masing-masingnya. "Pelaku pasar masih harus melakukan adjustment dengan jam yang lebih awal," ujarnya.
Namun dia sepakat jika jam perdagangan baru ini tidak memiliki urgensi dalam menambah tingkat likuiditas pasar. Sisi positif yang bisa dilihat dari perubahan ini ialah kita bisa menyesuaikan jam perdagangan dengan bursa regional sehingga bisa semakin siap dalam penyatuan bursa regional. "Perubahan ini juga harus diapresiasi sebagai kesiapan kita menuju integrasi bursa di regional," ujarnya.
(gpr)