Belanja pemerintah rendah pengaruhi pertumbuhan ekonomi
A
A
A
Sindonews.com - Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan rendahnya realisasi belanja pemerintah pada tahun 2012, terutama belanja modal, dipastikan berdampak pada tingkat pertumbuhan ekonomi.
Kendati realisasi belanja tidak sesuai harapan, Bambang optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 bisa menyentuh angka 6,3 persen.
“(ekonomi) Harusnya masih bisa tumbuh 6,5 persen, tetapi meleset jadi 6,3 persen. Mungkin sebagian karena kita tidak bisa merealisasikan belanja terutama belanja modal, jadi berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan. Mungkin dampaknya 0,1-0,2 persen, tapi menurut saya itu sangat berguna,” paparnya.
Bambang mengakui, tidak semua belanja memiliki dampak ganda atau multiplier effects, sehingga kontribusi lambatnya belanja pemerintah terhadap pertumbuhan harus dilihat lebih detail. “Yang tidak terealisir kita belum tahu. Artinya, harus lihat detail apa yang tidak terealisir,” ucapnya.
Hingga akhir tahun 2012, realisasi belanja negara diperkirakan hanya mencapai Rp1.479 triliun atau 95,6 persen. Angka itu lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam APBN-P 2012 sebesar Rp1.548 triliun.
Sementara Kepala ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan, belanja negara yang mencapai 95,6 persem akan memberikan andil terhadap pertumbuhan nasional sekitar 2 persen.
Sebagai catatan, pada 2011, belanja pemerintah memberi andil sebesar 3,2 persen dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,5 persen. Sedangkan konsumsi rumah tangga sebesar 4,7 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 8,8 persen, dan komponen ekspor tumbuh sebesar 13,6 persen dan impor tumbuh sebesar 13,3 persem.
“Kalau belanja pemerintah optimal 100 persen dan berkualitas, andilnya bisa 2-2,5 persen terhadap pertumbuhan. Artinya, pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi di atas 6,3 persen,” tutur Ryan ketika dihubungi, Minggu (6/1/2013).
Kendati realisasi belanja tidak sesuai harapan, Bambang optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 bisa menyentuh angka 6,3 persen.
“(ekonomi) Harusnya masih bisa tumbuh 6,5 persen, tetapi meleset jadi 6,3 persen. Mungkin sebagian karena kita tidak bisa merealisasikan belanja terutama belanja modal, jadi berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan. Mungkin dampaknya 0,1-0,2 persen, tapi menurut saya itu sangat berguna,” paparnya.
Bambang mengakui, tidak semua belanja memiliki dampak ganda atau multiplier effects, sehingga kontribusi lambatnya belanja pemerintah terhadap pertumbuhan harus dilihat lebih detail. “Yang tidak terealisir kita belum tahu. Artinya, harus lihat detail apa yang tidak terealisir,” ucapnya.
Hingga akhir tahun 2012, realisasi belanja negara diperkirakan hanya mencapai Rp1.479 triliun atau 95,6 persen. Angka itu lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam APBN-P 2012 sebesar Rp1.548 triliun.
Sementara Kepala ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan, belanja negara yang mencapai 95,6 persem akan memberikan andil terhadap pertumbuhan nasional sekitar 2 persen.
Sebagai catatan, pada 2011, belanja pemerintah memberi andil sebesar 3,2 persen dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,5 persen. Sedangkan konsumsi rumah tangga sebesar 4,7 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 8,8 persen, dan komponen ekspor tumbuh sebesar 13,6 persen dan impor tumbuh sebesar 13,3 persem.
“Kalau belanja pemerintah optimal 100 persen dan berkualitas, andilnya bisa 2-2,5 persen terhadap pertumbuhan. Artinya, pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi di atas 6,3 persen,” tutur Ryan ketika dihubungi, Minggu (6/1/2013).
(rna)