Badai tropis membuat pengusaha lokal merugi
A
A
A
Sindonews.com - Badai tropis Narele yang terjadi perairan Samudera Hindia berdampak terhadap roda perekonomian di Yogyakarta. Banyak pelaku usaha tidak bisa berproduksi, menyusul padamnya aliran listrik akibat jaringan tertimpa pohon.
Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonsia (hipmi), Lilik Syaiful Ahmad mengungkapkan, listrik bagi pelaku usaha adalah bagian pokok dalam proses produksi. Banyak pengusaha yang mengandalkan listrik dari PLN. Mereka tidak memiliki genset sebagai alternatif energi.
"Memang ini karena alam, tetapi cukup berdampak dalam ekonomi riil di masyarakat," jelas Lilik.
Menurutnya, kebanyakan pelaku usaha berasal dari kalangan usaha kecil dan menengah (UKM). Praktis listrik mati menjadikan usaha mereka tidak bisa jalan.
"Mestinya pemerintah menyiapkan tata ruang yang lebih baik. Ke depan listrik harus ditanam di dalam tanah. Cara tersebut lebih aman dan tidak banyak terkendala dengan ancaman alam.
Matinya listrik terutama dirasakan para pengusaha loundry, warnet, kerajinan dan furniture. Pemilik Beach Loundry, Andi Rahmat mengaku rugi karena harus mengeluarkan biaya ekstra antara Rp300 ribu hingga Rp500 ribu. "Setiap listrik mati jelas kita rugi karena ada pembengkakakan biaya," ujarnya.
Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonsia (hipmi), Lilik Syaiful Ahmad mengungkapkan, listrik bagi pelaku usaha adalah bagian pokok dalam proses produksi. Banyak pengusaha yang mengandalkan listrik dari PLN. Mereka tidak memiliki genset sebagai alternatif energi.
"Memang ini karena alam, tetapi cukup berdampak dalam ekonomi riil di masyarakat," jelas Lilik.
Menurutnya, kebanyakan pelaku usaha berasal dari kalangan usaha kecil dan menengah (UKM). Praktis listrik mati menjadikan usaha mereka tidak bisa jalan.
"Mestinya pemerintah menyiapkan tata ruang yang lebih baik. Ke depan listrik harus ditanam di dalam tanah. Cara tersebut lebih aman dan tidak banyak terkendala dengan ancaman alam.
Matinya listrik terutama dirasakan para pengusaha loundry, warnet, kerajinan dan furniture. Pemilik Beach Loundry, Andi Rahmat mengaku rugi karena harus mengeluarkan biaya ekstra antara Rp300 ribu hingga Rp500 ribu. "Setiap listrik mati jelas kita rugi karena ada pembengkakakan biaya," ujarnya.
(dmd)