BI: Kenaikan BBM solusi tepat
A
A
A
Sindonews.com - Bank Indonesia (BI) meminta pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dengan menaikkan harga BBM tahun ini.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Hendar mengatakan, pemerintah harus segera mengurangi subsidi BBM dan mengalihkannya pada sektor lain, seperti infrastruktur. Pengalihan subsidi BBM, bisa dilakukan dengan menaikkan harga BBM pada 2013.
“Salah satu cara yang bisa dilakukan, yaitu menaikkan harga BBM bersubsidi. Saya kira saat ini momentumnya sudah tepat,” ujar Hendar di Bandung, Senin (14/1/2013).
Upaya pengurangan anggaran APBN untuk subsidi BBM perlu segera mungkin dilakukan mengurangi risiko melambatnya neraca pembayaran dan fiskal. Idealnya, angka fiskal tertahan pada posisi 3%. Apabila postur fiskal tetap turun, akan berdampak terhadap melemahnya nilai rupiah.
Ketika disinggung besaran pengurangan APBN untuk subsidi BBM, Hendar mengaku berapapun nilainya akan berdampak positif bagi ekonomi nasional. “Soal berasan bisa dihitung lagi. Tapi, sekecil apapun pengurangan subsidi APBN untuk BBM akan berdampak positif,” jelasnya.
Diakui Hendar, upaya kenaikan harga BBM bersubsidi adalah satu satunya cara yang bisa ditempuh pemerintah. Pembatasan BBM dengan mengalihkan dari penggunaan premium bersubsidi ke pertamax dinilai kurang tepat. Pembatasan ini, perlu ketersediaan insfrastruktur memadai. Sementara saat ini, belum semua satuan pengisian bahan bakar umum (SPBU) memiliki pompa pertamax.
“Kalau pembatasan BBM bersubsidi, insfratsruktur kita belum siap. Tidak semua SPBU di daerah memiliki pompa pertamax,” tandasnya.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Hendar mengatakan, pemerintah harus segera mengurangi subsidi BBM dan mengalihkannya pada sektor lain, seperti infrastruktur. Pengalihan subsidi BBM, bisa dilakukan dengan menaikkan harga BBM pada 2013.
“Salah satu cara yang bisa dilakukan, yaitu menaikkan harga BBM bersubsidi. Saya kira saat ini momentumnya sudah tepat,” ujar Hendar di Bandung, Senin (14/1/2013).
Upaya pengurangan anggaran APBN untuk subsidi BBM perlu segera mungkin dilakukan mengurangi risiko melambatnya neraca pembayaran dan fiskal. Idealnya, angka fiskal tertahan pada posisi 3%. Apabila postur fiskal tetap turun, akan berdampak terhadap melemahnya nilai rupiah.
Ketika disinggung besaran pengurangan APBN untuk subsidi BBM, Hendar mengaku berapapun nilainya akan berdampak positif bagi ekonomi nasional. “Soal berasan bisa dihitung lagi. Tapi, sekecil apapun pengurangan subsidi APBN untuk BBM akan berdampak positif,” jelasnya.
Diakui Hendar, upaya kenaikan harga BBM bersubsidi adalah satu satunya cara yang bisa ditempuh pemerintah. Pembatasan BBM dengan mengalihkan dari penggunaan premium bersubsidi ke pertamax dinilai kurang tepat. Pembatasan ini, perlu ketersediaan insfrastruktur memadai. Sementara saat ini, belum semua satuan pengisian bahan bakar umum (SPBU) memiliki pompa pertamax.
“Kalau pembatasan BBM bersubsidi, insfratsruktur kita belum siap. Tidak semua SPBU di daerah memiliki pompa pertamax,” tandasnya.
(dmd)