Pengusaha kuliner dirugikan kelangkaan daging sapi
A
A
A
Sindonews.com - Aksi mogok jualan yang dilakukan pedagang sapi di Jawa Barat berimbas pada sektor kuliner. Sejumlah restoran, cafe, dan warung nasi yang tidak memiliki stok daging, terpaksa tidak menyediakan menu makanan dari komoditi tersebut.
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bandung Momon Abdurachman mengakui, aksi mogok pedagang daging sapi yang diikuti tidak adanya proses pemotongan hewan di rumah potong hewan (RPH) berdampak terhadap pengusaha kuliner dan hotel. Usaha yang mengandalkan daging sapi sebagai bahan baku utama terpaksa menghentikan penjualan.
“Hotel, restoran, dan rumah makan yang tidak punya stok, tidak bisa lagi menjual makanan dengan menu daging sapi,” jelas Momon di Bandung, Selasa (22/1/2013).
Kondisi tersebut sangat merugikan pengusaha. Namun, Momon belum bisa memperkirakan berapa nilai kerugian akibat aksi mogok jualan pedagang sapi.
Kalaupun restoran dan café mendapatkan suplai daging sapi, harganya akan sangat mahal. Akibatnya, pengusaha kuliner mesti ikut menaikkan harga olahan daging sapi. Kondisi tersebut menyebabkan turunnya daya beli masyarakat terhadap olahan sapi.
Momon berharap, kondisi tersebut bisa segera pulih sehingga sektor kuliner di Bandung bisa kembali normal. Pemerintah juga harus turun tangan mangatasi masalah tersebut. Misalnya membuka kran impor sapi potong untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bandung Momon Abdurachman mengakui, aksi mogok pedagang daging sapi yang diikuti tidak adanya proses pemotongan hewan di rumah potong hewan (RPH) berdampak terhadap pengusaha kuliner dan hotel. Usaha yang mengandalkan daging sapi sebagai bahan baku utama terpaksa menghentikan penjualan.
“Hotel, restoran, dan rumah makan yang tidak punya stok, tidak bisa lagi menjual makanan dengan menu daging sapi,” jelas Momon di Bandung, Selasa (22/1/2013).
Kondisi tersebut sangat merugikan pengusaha. Namun, Momon belum bisa memperkirakan berapa nilai kerugian akibat aksi mogok jualan pedagang sapi.
Kalaupun restoran dan café mendapatkan suplai daging sapi, harganya akan sangat mahal. Akibatnya, pengusaha kuliner mesti ikut menaikkan harga olahan daging sapi. Kondisi tersebut menyebabkan turunnya daya beli masyarakat terhadap olahan sapi.
Momon berharap, kondisi tersebut bisa segera pulih sehingga sektor kuliner di Bandung bisa kembali normal. Pemerintah juga harus turun tangan mangatasi masalah tersebut. Misalnya membuka kran impor sapi potong untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
(dmd)