Hatta optimis RCEP bisa angkat neraca perdagangan
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa optimis kehadiran Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) akan menguntungkan Indonesia. Hadirnya RCEP, diyakini sebagai peluang dalam meningkatkan ekspor dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi.
Menurutnya, RCEP akan membuat neraca perdagangan meningkat positif. "Size ekonomi Asean USD3 triliun dan dengan RCEP diperkirakan akan menjadi sekitar USD 22 triliun. Ini tentu akan membengkakkan volume perdagangan. Kita akan punya potensi untuk mengambil manfaat," ujar Hatta dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa (29/1/2013).
Hatta menambahkan, letak geografis, melimpahnya sumber daya alam dan besarnya pasar serta melimpahnya sumber daya manusia menjadi keuntungan sendiri bagi Indonesia untuk memanfaatkan keberadaan RCEP.
"Siapa yang bisa bersaing dengan sawit, kakao dan mineral kita? Begitu juga dengan potensi kelautan kita. Tak ada. Kalau itu kita hilirisasikan semua, mereka tak akan kemana-mana, pasti akan (beli) kesini," ucapnya.
Ia juga mengatakan, kekhawatiran sejumlah kalangan yang menuding selama ini pemerintah sudah kecolongan dengan meratifikasi sejumlah Free Trade Agreement (FTA), adalah hal yang keliru. Pasalnya FTA sudah memberikan dampak positif yang nyata jika dibandingkan sejumlah kerugian yang diterima.
Defisitnya neraca perdagangan Indonesia belakangan, dianggapnya bukan karena kegagalan Indonesia dalam memanfaatkan FTA atau membiarkan diri menjadi target pasar negara lain.
"Dengan FTA seperti CAFTA (China-Asean Free Trade Agreement), volume perdagangan kita tumbuh. Hanya saja (ekspor) kita menurun kemarin karena harga komoditas turun dan kebutuhan impor bahan bakar minyak meningkat," tuturnya.
Sebagai informasi, RCEP diluncurkan secara resmi oleh para pemimpin negara anggota ASEAN dan negara Mitra Dialog. RCEP ini akan mencakup 10 negara anggota ASEAN dan 6 negara mitra Free Trade Agreement (FTA) ASEAN yaitu Australia, India, Korea Selatan, Republik Rakyat China, Jepang dan Selandia Baru.
Menurutnya, RCEP akan membuat neraca perdagangan meningkat positif. "Size ekonomi Asean USD3 triliun dan dengan RCEP diperkirakan akan menjadi sekitar USD 22 triliun. Ini tentu akan membengkakkan volume perdagangan. Kita akan punya potensi untuk mengambil manfaat," ujar Hatta dalam siaran persnya di Jakarta, Selasa (29/1/2013).
Hatta menambahkan, letak geografis, melimpahnya sumber daya alam dan besarnya pasar serta melimpahnya sumber daya manusia menjadi keuntungan sendiri bagi Indonesia untuk memanfaatkan keberadaan RCEP.
"Siapa yang bisa bersaing dengan sawit, kakao dan mineral kita? Begitu juga dengan potensi kelautan kita. Tak ada. Kalau itu kita hilirisasikan semua, mereka tak akan kemana-mana, pasti akan (beli) kesini," ucapnya.
Ia juga mengatakan, kekhawatiran sejumlah kalangan yang menuding selama ini pemerintah sudah kecolongan dengan meratifikasi sejumlah Free Trade Agreement (FTA), adalah hal yang keliru. Pasalnya FTA sudah memberikan dampak positif yang nyata jika dibandingkan sejumlah kerugian yang diterima.
Defisitnya neraca perdagangan Indonesia belakangan, dianggapnya bukan karena kegagalan Indonesia dalam memanfaatkan FTA atau membiarkan diri menjadi target pasar negara lain.
"Dengan FTA seperti CAFTA (China-Asean Free Trade Agreement), volume perdagangan kita tumbuh. Hanya saja (ekspor) kita menurun kemarin karena harga komoditas turun dan kebutuhan impor bahan bakar minyak meningkat," tuturnya.
Sebagai informasi, RCEP diluncurkan secara resmi oleh para pemimpin negara anggota ASEAN dan negara Mitra Dialog. RCEP ini akan mencakup 10 negara anggota ASEAN dan 6 negara mitra Free Trade Agreement (FTA) ASEAN yaitu Australia, India, Korea Selatan, Republik Rakyat China, Jepang dan Selandia Baru.
(gpr)