Harga minyak di perdagangan Asia melonjak
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini naik, setelah Suriah menuduh Israel melakukan serangan udara di sebuah pusat penelitian militer, yang memicu ketegangan dalam produksi minyak mentah Timur Tengah.
Dilansir The Nation, Kamis (31/1/2013), kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Maret, naik tiga sen menjadi USD97,97 per barel dan minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret naik 27 sen menjadi USD115,17.
"Beberapa premi risiko geopolitik telah memengaruhi ke pasar berjangka minyak," kata Victor Shum, managing director IHS Purvin and Gertz di Singapura, menanggapi serangan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita resmi SANA, Suriah menuduh Israel telah melakukan serangan fajar menargetkan pusat penelitian militer di Jamraya, dekat Damaskus Rabu (30/1/2013) waktu setempat.
Menurut para analis, serangan itu meningkatkan risiko bahwa konflik 22 bulan di Suriah bisa meluas ke negara-negara tetangga, memicu kekhawatiran gangguan pasokan minyak di Timur Tengah, sebagai pemasok minyak mentah terbesar di dunia.
Analis lain mengatakan, permintaan energi global masih relatif lemah dengan persediaan yang kuat. "Fundamental pasar minyak mentah masih dianggap cukup lemah, dengan beberapa tekanan pada OPEC (Organisasi Negara Pengekspor Minyak) untuk mengendalikan produksi," kata Sanjeev Gupta, yang mengepalai minyak Asia Pasifik dan praktisi gas di Ernst & Young.
Dilansir The Nation, Kamis (31/1/2013), kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Maret, naik tiga sen menjadi USD97,97 per barel dan minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret naik 27 sen menjadi USD115,17.
"Beberapa premi risiko geopolitik telah memengaruhi ke pasar berjangka minyak," kata Victor Shum, managing director IHS Purvin and Gertz di Singapura, menanggapi serangan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita resmi SANA, Suriah menuduh Israel telah melakukan serangan fajar menargetkan pusat penelitian militer di Jamraya, dekat Damaskus Rabu (30/1/2013) waktu setempat.
Menurut para analis, serangan itu meningkatkan risiko bahwa konflik 22 bulan di Suriah bisa meluas ke negara-negara tetangga, memicu kekhawatiran gangguan pasokan minyak di Timur Tengah, sebagai pemasok minyak mentah terbesar di dunia.
Analis lain mengatakan, permintaan energi global masih relatif lemah dengan persediaan yang kuat. "Fundamental pasar minyak mentah masih dianggap cukup lemah, dengan beberapa tekanan pada OPEC (Organisasi Negara Pengekspor Minyak) untuk mengendalikan produksi," kata Sanjeev Gupta, yang mengepalai minyak Asia Pasifik dan praktisi gas di Ernst & Young.
(dmd)