Peternak Temanggung keluhkan kenaikan harga pakan

Jum'at, 01 Februari 2013 - 21:01 WIB
Peternak Temanggung keluhkan kenaikan harga pakan
Peternak Temanggung keluhkan kenaikan harga pakan
A A A
Sindonews.com - Harga pakan ternak unggas di Kabupaten Temanggung mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kondisi tersebut mengakibatkan para pengusaha ternak unggas terpaksa mengurangi jumlah populasi ternak karena dikhawatirkan akan mengalami kerugian.

Pada 2012, harga pakan ternak mengalami kenaikan di bulan Desember yakni Rp5.000 per kilogram menjadi Rp6.350 per kilogram. Saat ini, harga pakan ternak meningkat mencapai Rp6.350 per kilogram.

Supri, seorang karyawan peternakan ayam di Desa Keblukan, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung mengatakan, kenaikan harga pakan ternak tersebut sekilas tidak terlalu signifikan. Namun, jika dilihat dari kebutuhan jumlah populasi ternak, maka biaya pakan akan mempengaruhi keuntungan harga jual ternak.

Sehingga, selain mengurangi jumlah populasi, peternak juga mengambil langkah untuk menaikkan harga jual daging ternak dan telur. Langkah itu dilakukan untuk menjaga kestabilan pendapatan dan pengeluaran.

Ditambahkannya, sebelum bulan Agustus 2012 jumlah populasi ayam di peternakannya mencapai lebih dari 20.000 ekor ayam petelur. Namun setelah harga pakan naik, mengurangi pupulasi ayamnya berkisar antara 10.000 - 15.000 ekor.

"Biasanya pakan dari Semarang, tapi karena naik terus menerus sehingga tidak cukup untuk biaya produksi. Jadi kita tidak membeli bibit yang baru. Sekarang ayam kita baru kosong, tinggal sekitar 10.000 ekor," katanya di Temanggung, Jumat (1/2/2013).

Mengenai kenaikan harga telur, lanjutnya, dinaikkan dari semula antara Rp12.000 - 13.000 per kilogram menjadi Rp17.000 per kilogram. Telur dari peternakannya kebanyakan dipasok ke rumah makan-rumah makan di wilayah Temanggung.

Gito, peternak di Desa Geblok, Kecamatan Kaloran menambahkan, saat ini populasi ayamnya mencapai 7.000 ekor. Jika ayam berumur 30-40 hari, tiap 1.000 ekor ayam membutuhkan pakan 5 sak per hari. Tiap sak berisi 50 kg. Namun jika usia ayam lebih dari 40 hari, tiap 1.000 ekor memerlukan pakan 6 sak per hari.

Kenaikan harga pakan tersebut membuat ongkos produksi meningkat dari sebelumnya rata-rata Rp25.000 per ekor, menjadi sekitar Rp30.000 per ekor. Dengan biaya produksi sebesar itu, idealnya ia menerima penghasilan Rp15.000 per kilogram daging ayam.

"Jadi sekarang harus berhati-hati sekali dalam memberi makan, jangan sampai tercecer agar semua bisa dimakan ayam dan jadi daging, karena hitungan kami, tiap satu sak pakan mestinya bisa didapat hasil 28 kg daging ayam," katanya.

Beruntung, peternakan milik Gito menjalin kemitraan dengan sebuah pabrik dari Semarang. Karena itu, bila tidak banyak ternak yang mati, kerugian yang dideritanya tidak terlalu besar. Saat harga pakan ayam Rp6.150 per kilogram, dari kontak dengan mitranya, Gito menerima hasil Rp14.500 per kilogram.

Padahal saat panen sebelumnya, ada sekitar 1.000 ekor ayamnya yang mati akibat penyakit coli. Untuk itu ia rugi Rp20 juta. Kerugian tersebut masih didata sebagai utang pada mitra usahanya.

"Sekarang labanya sudah sangat mepet. Belum tahu ini akan dapat berapa karena banyak yang sakit dan mati," tandasnya.

Dari pantauan di Pasar Kliwon Temanggung, pasaran harga daging dan telur ayam juga mengalami kenaikan. Yakni harga daging ayam sudah naik rata-rata Rp3.000 per kilogram dalam tiga hari terakhir, yakni dari harga Rp25.000 per kilogram menjadi sekitar Rp28.000 per kilogram. Sedangkan harga telur ayam di pasaran juga naik dari sebelumnya Rp16.000 per kilogram menjadi Rp18.000 per kilogram.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8452 seconds (0.1#10.140)