Cabe dan daging sapi dorong inflasi Jember

Senin, 04 Februari 2013 - 21:17 WIB
Cabe dan daging sapi...
Cabe dan daging sapi dorong inflasi Jember
A A A
Sindonews.com - Awal tahun 2013 ini Jember mengalami kenaikan inflasi hingga 1,17 persen. Kenaikan itu menyebabkan Jember menduduki peringkat ke-33 secara nasional yang tercatat inflasi nasional 1,03 persen.

Disebutkan, angka terbesar penyumbang inflasi di Jember adalah komoditas cabe rawit dan daging sapi. Penyebab lain meningkatnya inflasi disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya soal pendidikan dan bahan makanan.

Berdasarkan data di Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, faktor inflasi dari sektor pendidikan berkisar 2,17 persen dan faktor bahan makanan mencapai 3,7 persen.

"Kalau kita melihat data 5 tahun terakhir Jember pernah mengalami inflasi 2,13 persen dan 1,43 persen. Kalau dibandingkan dengan inflasi sekarang yang hanya 1,17 persen masih relatif sedang," terang Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, Wahyudi saat pertemuan dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jember di kantor Bank Indonesia di Jember, Senin (4/2/2013).

Menurut Wahyudi, berdasarkan pengamatan harga konsumen di pasar-pasar, kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan dan banyak dibutuhkan di bulan Januari. Pasalnya pada bulan itu ada perayaan pernikahan dan keagamaan.

"Bulan Januari lalu ada kegiatan Maulud Nabi dan pernikahan. Ini yang juga turut menyebabkan terjadinya inflasi," ujarnya.

Sementara dari sektor pendidikan dampaknya masih realtif wajar dan hanya terjadi di tiap-tiap semester saja. "Pembayaran SPP mahasiswa, itu hanya terjadi di tiap semester saja, sehingga tidak begitu mengkhawatirkan," ujarnya.

Sementara, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jember, M Zainuddin mengatakan, meski ada kenaikan inflasi namun keyakinan konsumen masyarakat Jember masih dalam level optimis yang dipengaruhi oleh meningkatnya optimisme keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini.

"Artinya kenaikan Inflasi tidak terlalu mengkhawatirkan tapi harus diwaspadai," kata Zainuddin.

Diakuinya, penggunaan penghasilan untuk konsumsi pada bulan kemarin meningkat dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Berdasarkan hasil survey konsumen, pada bulan Januari 2013 menunjukkan bahwa komposisi penggunaan penghasilan meningkat menjadi 65 persen yang sebelumnya hanya 58 persen.

"Persentase penggunaan penghasilan untuk cicilan pinjaman juga mengalami peningkatan yang semula 25 persen menjadi 30 persen. Sementara persentasi penggunaan penghasilan untuk tabungan menurun dibanding bulan lalu dari 24 persen menjadi 23 persen," terangnya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6151 seconds (0.1#10.140)