Kinerja reksa dana pendapatan tetap paling susut
A
A
A
Sindonews.com - Kinerja rata-rata reksa dana dari sisi imbal hasil (return) pada periode Januari tahun ini turun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dibanding reksa dana lain, kinerja reksa dana pendapatan tetap paling susut.
Data PT Infovesta Utama menyebutkan, kinerja reksa dana pendapatan tetap per Januari 2013, tercatat 0,16 persen, sedangkan pada Januari tahun lalu mencapai 2,37 persen.
Untuk kinerja reksa dana saham tercatat memberikan return 2,8 persen, turun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 2,98 persen. Sementara kinerja reksa dana campuran senilai 1,89 persen, di bawah Januari tahun lalu sebesar 2,67 persen.
"Perbedaan kinerja reksa dana ini, paling terlihat pada reksa dana pendapatan tetap, dimana kinerjanya per Januari 2013 jauh lebih rendah dibanding dengan Januari 2012," kata analis riset PT Infovesta Utama, Vilia Wati kepada Sindonews, Kamis (14/2/2013).
Vilia menjelaskan, melemahnya kinerja reksa dana pendapatan tetap per Januari 2013 diperkirakan karena terseret lesunya rata-rata kinerja reksa dana pendapatan tetap yang berbasis obligasi pemerintah (SUN).
Kinerja obligasi pemerintah, tercatat menurun tipis 0,07 dibanding Desember 2012. Namun, jika dibanding Januari 2012, terjadi penurunan sangat signifikan lantaran pada saat itu, kinerja obligasi pemerintah yang tercermin dalam Infovesta Government Bond Index (IGBI) tercatat sebesar 3,59 persen.
Sementara kinerja obligasi korporasi meski tidak terlalu jauh berbeda dengan periode yang sama tahun lalu, namun juga mengalami penurunan tipis. Pada Januari 2013, return obligasi korporasi tercatat 1,07 persen, sedangkan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,13 persen.
Menurut Vilia, kinerja reksa dana dipengaruhi kinerja bursa saham maupun obligasi yang menjadi aset dasar (underlying asset) reksa dana bersangkutan. Pada awal tahun ini, sentimen yang mempengaruhi berasal dari dalam dan luar negeri.
Sentimen dari luar didominasi kabar dari Amerika Serikat (AS) terkait jurang fiskal, yang berakhir dengan disepakatinya kenaikan pajak hanya untuk kalangan atas dan penundaaan pemangkasan anggaran selama dua bulan.
"Selain itu, publikasi emiten S&P yang mayoritas melaporkan laba bersih dan pendapatan di atas ekspektasi turut mendongkrak kinerja bursa saham AS," ujar Vilia.
Sentimen positif dari Asia, datang dari China yang berhasil pulih didorong sektor manufaktur. Indeks manufaktur negeri Tirai Bambu tersebut bertahan di atas level 50 selama tiga bulan berturut-turut. Per Desember 2012, manufaktur PMI China berada di level 50,6.
Sementara, sentimen dari dalam negeri, berupa banjirnya dana asing ke pasar saham maupun obligasi Indonesia, sehingga memberi imbas positif terhadap pasar modal domestik. Per Januari 2013, dana asing yang masuk ke bursa saham sebesar Rp4,98 triliun, sedangkan ke SUN mencapai Rp273,2 triliun.
Data PT Infovesta Utama menyebutkan, kinerja reksa dana pendapatan tetap per Januari 2013, tercatat 0,16 persen, sedangkan pada Januari tahun lalu mencapai 2,37 persen.
Untuk kinerja reksa dana saham tercatat memberikan return 2,8 persen, turun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 2,98 persen. Sementara kinerja reksa dana campuran senilai 1,89 persen, di bawah Januari tahun lalu sebesar 2,67 persen.
"Perbedaan kinerja reksa dana ini, paling terlihat pada reksa dana pendapatan tetap, dimana kinerjanya per Januari 2013 jauh lebih rendah dibanding dengan Januari 2012," kata analis riset PT Infovesta Utama, Vilia Wati kepada Sindonews, Kamis (14/2/2013).
Vilia menjelaskan, melemahnya kinerja reksa dana pendapatan tetap per Januari 2013 diperkirakan karena terseret lesunya rata-rata kinerja reksa dana pendapatan tetap yang berbasis obligasi pemerintah (SUN).
Kinerja obligasi pemerintah, tercatat menurun tipis 0,07 dibanding Desember 2012. Namun, jika dibanding Januari 2012, terjadi penurunan sangat signifikan lantaran pada saat itu, kinerja obligasi pemerintah yang tercermin dalam Infovesta Government Bond Index (IGBI) tercatat sebesar 3,59 persen.
Sementara kinerja obligasi korporasi meski tidak terlalu jauh berbeda dengan periode yang sama tahun lalu, namun juga mengalami penurunan tipis. Pada Januari 2013, return obligasi korporasi tercatat 1,07 persen, sedangkan periode yang sama tahun lalu sebesar 1,13 persen.
Menurut Vilia, kinerja reksa dana dipengaruhi kinerja bursa saham maupun obligasi yang menjadi aset dasar (underlying asset) reksa dana bersangkutan. Pada awal tahun ini, sentimen yang mempengaruhi berasal dari dalam dan luar negeri.
Sentimen dari luar didominasi kabar dari Amerika Serikat (AS) terkait jurang fiskal, yang berakhir dengan disepakatinya kenaikan pajak hanya untuk kalangan atas dan penundaaan pemangkasan anggaran selama dua bulan.
"Selain itu, publikasi emiten S&P yang mayoritas melaporkan laba bersih dan pendapatan di atas ekspektasi turut mendongkrak kinerja bursa saham AS," ujar Vilia.
Sentimen positif dari Asia, datang dari China yang berhasil pulih didorong sektor manufaktur. Indeks manufaktur negeri Tirai Bambu tersebut bertahan di atas level 50 selama tiga bulan berturut-turut. Per Desember 2012, manufaktur PMI China berada di level 50,6.
Sementara, sentimen dari dalam negeri, berupa banjirnya dana asing ke pasar saham maupun obligasi Indonesia, sehingga memberi imbas positif terhadap pasar modal domestik. Per Januari 2013, dana asing yang masuk ke bursa saham sebesar Rp4,98 triliun, sedangkan ke SUN mencapai Rp273,2 triliun.
(rna)