Perawatan Airbus diharapkan sumbang Rp600 M
A
A
A
Sindonews.com - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menargetkan mendapat lisensi perawatan pesawat Airbus mulai tahun ini. Lisensi tersebut diharapkan menyumbang pendapatan perusahaan dari jasa perawatan pesawat sebesar Rp600 miliar.
Manager Humas PT Dirgantara Indonesia, Soni Saleh Ibrohim menjelaskan, proses memperoleh lisensi perawatan Airbus saat ini telah masuk pada tahap audit. Proses tersebut merupakan rangkaian terakhir dari sejumlah proses yang telah dilakukan PT DI terhadap produsen pesawat asal Eropa, Airbus.
"Kita masih menunggu hasil audit atas draf isian yang diberikan oleh Airbus. Kami optimistis, akhir tahun sudah kami dapatkan," jelas Soni di sela-sela acara cofee morning di kawasan industri PT DI, Kota Bandung, Rabu (20/2/2013).
Meski belum mendapat lisensi, namun sekitar 30 ahli dari Airbus telah berada di PT DI untuk melakukan training perawatan Airbus. PT DI juga telah mengirimkan sejumlah ahlinya ke pusat industri pesawat Airbus.
Soni menyatakan, potensi pendapatan dari jasa pemeliharaan pesawat jenis Airbus masih terbuka lebar. Dari 2010 memunjukkan, potensi bisnis perawatan pesawat mencapai USD600 juta. Jumlah tersebut, saat ini jauh lebih besar, sejalan pertumbuhan bisnis maskapai di Indonesia dan sejumlah negara di kawasan Asean.
Dia mengakui, potensi tersebut didominasi pemerliharaan pesawat Boeing dan Airbus. Nilai perawatan masing-masing merek pesawat tersebut berkisar USD270 juta. Sisanya, berasal dari perawatan jenis pesawat kecil lainnya.
Sayang, pemeliharaan pesawat saat ini banyak dikuasai oleh perusahaan dari luar negeri seperti dari Singapura, Thailand, dan Australia. Indonesia hanya mengambil pangsa pasar sebesar 20 persen. Padahal, pesawat tersebut mengudara di Indonesia.
Menurutnya, pendapatan PT DI dari jasa perawatan pesawat Boeing dan tipe pesawat kecil lainnya sekitar Rp200-250 miliar per tahun. Jumlah tersebut masih sangat kecil dari potensi market yang ada. "Apabila lisensi perawatan Airbus telah kami dapatkan, kami berharap pendapatan dari jasa pemeliharaan Airbus bisa menjadi Rp600 miliar per tahun," pungkas dia.
Target tersebut, lanjut dia, sesuai kapasitas hanggar dan sumber daya manusia (SDM) PT DI saat ini. Kapasitas hanggar PT DI hanya mampu menampung sekitar 10 pesawat komersil. Untuk melakukan penambahan kapasitas, PT DI harus melakukan perluasan kawasan hanggar. Namun, upaya tersebut hanya bisa dilakukan di luar Bandung.
Manager Humas PT Dirgantara Indonesia, Soni Saleh Ibrohim menjelaskan, proses memperoleh lisensi perawatan Airbus saat ini telah masuk pada tahap audit. Proses tersebut merupakan rangkaian terakhir dari sejumlah proses yang telah dilakukan PT DI terhadap produsen pesawat asal Eropa, Airbus.
"Kita masih menunggu hasil audit atas draf isian yang diberikan oleh Airbus. Kami optimistis, akhir tahun sudah kami dapatkan," jelas Soni di sela-sela acara cofee morning di kawasan industri PT DI, Kota Bandung, Rabu (20/2/2013).
Meski belum mendapat lisensi, namun sekitar 30 ahli dari Airbus telah berada di PT DI untuk melakukan training perawatan Airbus. PT DI juga telah mengirimkan sejumlah ahlinya ke pusat industri pesawat Airbus.
Soni menyatakan, potensi pendapatan dari jasa pemeliharaan pesawat jenis Airbus masih terbuka lebar. Dari 2010 memunjukkan, potensi bisnis perawatan pesawat mencapai USD600 juta. Jumlah tersebut, saat ini jauh lebih besar, sejalan pertumbuhan bisnis maskapai di Indonesia dan sejumlah negara di kawasan Asean.
Dia mengakui, potensi tersebut didominasi pemerliharaan pesawat Boeing dan Airbus. Nilai perawatan masing-masing merek pesawat tersebut berkisar USD270 juta. Sisanya, berasal dari perawatan jenis pesawat kecil lainnya.
Sayang, pemeliharaan pesawat saat ini banyak dikuasai oleh perusahaan dari luar negeri seperti dari Singapura, Thailand, dan Australia. Indonesia hanya mengambil pangsa pasar sebesar 20 persen. Padahal, pesawat tersebut mengudara di Indonesia.
Menurutnya, pendapatan PT DI dari jasa perawatan pesawat Boeing dan tipe pesawat kecil lainnya sekitar Rp200-250 miliar per tahun. Jumlah tersebut masih sangat kecil dari potensi market yang ada. "Apabila lisensi perawatan Airbus telah kami dapatkan, kami berharap pendapatan dari jasa pemeliharaan Airbus bisa menjadi Rp600 miliar per tahun," pungkas dia.
Target tersebut, lanjut dia, sesuai kapasitas hanggar dan sumber daya manusia (SDM) PT DI saat ini. Kapasitas hanggar PT DI hanya mampu menampung sekitar 10 pesawat komersil. Untuk melakukan penambahan kapasitas, PT DI harus melakukan perluasan kawasan hanggar. Namun, upaya tersebut hanya bisa dilakukan di luar Bandung.
(izz)