Harga elpiji 12 kg naik, negara berpotensi tambah rugi
A
A
A
Sindonews.com - Institute of Development for Economic and Finance (Indef) meminta pemerintah untuk mempertimbangkan banyak konsekuensi yang mungkin timbul akibat kenaikan harga elpiji 12 kilogram (kg). Menurutnya, Pertamina terlalu tergesa-gesa ingin menaikkan harga elpiji 12 kg.
"Pemerintah harus berpikir komprehensif, enggak bisa satu persatu. Pasokannya juga harus diperbaiki. Saya rasa itu terlalu tergesa-gesa, perlu dipikirkan lebih cermat lagi," ujar Ekonom Indef Ahmad Erani Yustika usai acara Lustrum Universitas Brawijaya di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Sabtu (23/2/2013).
Hal utama yang disoroti Ahmad ialah kemungkinan terjadinya migrasi pengguna elpiji 12 kg ke elpiji 3 kg akibat kenaikan harga tersebut. "Itu banyak hal yang perlu dipersiapkan saya kira karena dengan disparitas harga yang terlalu besar akan menimbulkan masalah ini, orang akan migrasi ke (elpiji) 3 kg," tuturnya.
Bila hal ini sampai terjadi, subsidi elpiji 3 kg akan semakin membengkak. Bahkan, bukan tidak mungkin subsidi elpiji 3 kg akan bengkak hingga lebih dari Rp5 triliun.
Seperti diketahui, Pertamina mengaku akan rugi Rp5 triliun bila harga elpiji 12 kg tidak dinaikan. Artinya, kerugian negara bisa saja malah bertambah besar akibat kenaikan harga elpiji 12 kg. "Itu yang saya takutkan. Pasti subsidi akan membengkak," tandas dosen Universitas Brawijaya ini.
Sebelumnya diberitakan, PT Pertamina (Persero) akan melakukan penyesuaian harga elpiji 12 kg pada awal bulan Maret. Rencananya, kenaikannya sebesar Rp2.100 per kg, atau naik Rp25 ribu per tabung sehingga harga elpiji 12 kg menjadi Rp95 ribu per tabung.
Pertamina mengaku terus mengalami kerugian dari pejualan gas 3 Kg. Tahun 2012 saja Pertamina memprediksi mengalami kerugian sebesar Rp5 triliun dari produksi dan penyaluran elpiji 12 kg.
"Pemerintah harus berpikir komprehensif, enggak bisa satu persatu. Pasokannya juga harus diperbaiki. Saya rasa itu terlalu tergesa-gesa, perlu dipikirkan lebih cermat lagi," ujar Ekonom Indef Ahmad Erani Yustika usai acara Lustrum Universitas Brawijaya di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Sabtu (23/2/2013).
Hal utama yang disoroti Ahmad ialah kemungkinan terjadinya migrasi pengguna elpiji 12 kg ke elpiji 3 kg akibat kenaikan harga tersebut. "Itu banyak hal yang perlu dipersiapkan saya kira karena dengan disparitas harga yang terlalu besar akan menimbulkan masalah ini, orang akan migrasi ke (elpiji) 3 kg," tuturnya.
Bila hal ini sampai terjadi, subsidi elpiji 3 kg akan semakin membengkak. Bahkan, bukan tidak mungkin subsidi elpiji 3 kg akan bengkak hingga lebih dari Rp5 triliun.
Seperti diketahui, Pertamina mengaku akan rugi Rp5 triliun bila harga elpiji 12 kg tidak dinaikan. Artinya, kerugian negara bisa saja malah bertambah besar akibat kenaikan harga elpiji 12 kg. "Itu yang saya takutkan. Pasti subsidi akan membengkak," tandas dosen Universitas Brawijaya ini.
Sebelumnya diberitakan, PT Pertamina (Persero) akan melakukan penyesuaian harga elpiji 12 kg pada awal bulan Maret. Rencananya, kenaikannya sebesar Rp2.100 per kg, atau naik Rp25 ribu per tabung sehingga harga elpiji 12 kg menjadi Rp95 ribu per tabung.
Pertamina mengaku terus mengalami kerugian dari pejualan gas 3 Kg. Tahun 2012 saja Pertamina memprediksi mengalami kerugian sebesar Rp5 triliun dari produksi dan penyaluran elpiji 12 kg.
(rna)