Harga konsumen Jepang jatuh 3 bulan beruntun
A
A
A
Sindonews.com - Harga konsumen Jepang telah merosot untuk bulan ketiga secara berturut-turut, menggarisbawahi tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan yang mencoba memicu inflasi. Harga konsumen, tidak termasuk makanan turun 0,2% pada Januari dari tahun sebelumnya.
Jepang telah berjuang melawan deflasi selama bertahun-tahun. Kondisi ini telah menyakiti permintaan konsumen domestik yang cenderung menunda pembelian dengan harapan kesepakatan yang lebih murah di kemudian hari.
Pemerintah baru Jepang mengatakan, memicu pertumbuhan harga konsumen adalah kunci dalam menghidupkan kembali perekonomian Jepang yang lesu. Harapannya adalah jika harga konsumen bangkit kembali, maka konsumen dapat membeli barang lebih awal daripada menunda pembelian mereka, karena mereka mungkin harus membayar lebih untuk produk-produk di kemudian hari. Hal tersebut memungkinkan membantu menaikkan konsumsi domestik dan mendorong pertumbuhan ekonomi Jepang.
Permintaan domestik menjadi lebih penting bagi perekonomian Jepang, khususnya ekspor. Karena permintaan dari luar menjadi salah satu kendali terbesar pertumbuhan selama dekade terakhir, setelah tersakiti penurunan permintaan global.
"Ini merupakan indikasi jelas, bahwa pemerintah ingin melihat pertumbuhan sementara harga konsumen. Namun, untuk mencapai target itu tidak hanya sulit tetapi juga memerlukan proses panjang," ujar Martin Schulz Fujistu, dari Research Institute, seperti dilansir BBC, Jumat (1/3/2013).
Perdana Menteri Shinzo Abe, yang memenangkan pemilihan pada Desember lalu, telah berjanji menghidupkan kembali perekonomian Jepang yang lesu, dengan menyerukan kepada Bank Sentral Jepang (BoJ) untuk berbuat lebih banyak dalam memerangi deflasi. Di bawah kendali Abe, BoJ juga memliki target inflasi dua kali lipat, yaitu 2 persen.
Jepang telah berjuang melawan deflasi selama bertahun-tahun. Kondisi ini telah menyakiti permintaan konsumen domestik yang cenderung menunda pembelian dengan harapan kesepakatan yang lebih murah di kemudian hari.
Pemerintah baru Jepang mengatakan, memicu pertumbuhan harga konsumen adalah kunci dalam menghidupkan kembali perekonomian Jepang yang lesu. Harapannya adalah jika harga konsumen bangkit kembali, maka konsumen dapat membeli barang lebih awal daripada menunda pembelian mereka, karena mereka mungkin harus membayar lebih untuk produk-produk di kemudian hari. Hal tersebut memungkinkan membantu menaikkan konsumsi domestik dan mendorong pertumbuhan ekonomi Jepang.
Permintaan domestik menjadi lebih penting bagi perekonomian Jepang, khususnya ekspor. Karena permintaan dari luar menjadi salah satu kendali terbesar pertumbuhan selama dekade terakhir, setelah tersakiti penurunan permintaan global.
"Ini merupakan indikasi jelas, bahwa pemerintah ingin melihat pertumbuhan sementara harga konsumen. Namun, untuk mencapai target itu tidak hanya sulit tetapi juga memerlukan proses panjang," ujar Martin Schulz Fujistu, dari Research Institute, seperti dilansir BBC, Jumat (1/3/2013).
Perdana Menteri Shinzo Abe, yang memenangkan pemilihan pada Desember lalu, telah berjanji menghidupkan kembali perekonomian Jepang yang lesu, dengan menyerukan kepada Bank Sentral Jepang (BoJ) untuk berbuat lebih banyak dalam memerangi deflasi. Di bawah kendali Abe, BoJ juga memliki target inflasi dua kali lipat, yaitu 2 persen.
(dmd)