Kuartal II waktu tepat naikkan harga elpiji 12 kg
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas, Destry Damayanti mengatakan, kuartal II tahun ini merupakan waktu yang tepat untuk menaikkan harga elpiji 12 kilogram (kg).
"(Harga elpiji 12 kg naik) kuartal ini karena secara ekonomi semakin cepat semakin baik," kata dia ketika dihubung Sindonews, Minggu (10/3/2013).
Destry menilai, kenaikan harga elpiji 12 kg sebenarnya tidak berdampak besar pada laju inflasi. Menurut dia, kebijakan pemerintah terkait pembatasan hortikultura yang justru memberi dampak besar terhadap inflasi.
"Sebenarnya hubungan antara kenaikan elpiji 12 kg dengan laju inflasi relatif tidak besar karena konsumsi elpiji 12 kg sendiri hanya 30 persen dari keseluruhan konsumsi gas rumah tangga, sehingga dampaknya relatif tidak besar," tutur dia.
Namun, rencana menaikkan harga elpiji pada kuartal I atau Maret tahun ini dinilai kurang tepat karena sudah diketahui pada awal tahun. Akibatnya, ekspektasi pasar sudah tinggi pada awalnya, sehingga menciptakan ketakutan pasar yang bisa dimanfaatkan pihak-pihak tertentu.
Hal itu yang dikhawatirkan akan memberi imbas negatif pada tingkat inflasi, sehingga pemerintah meminta Pertamina untuk menunda menaikkan harga elpiji nonsubsidi tersebut.
Kendati demikian, Destry berpendapat bahwa naiknya harga elpiji 12 kg merupakan hal yang wajar. "Hal yang dilakukan oleh Pertamina itu sudah jauh di bawah market price sebenarnya. Ini merupakan hal yang sudah tepat dilakukan walaupun ada pergeseran elpiji 12 kg ke 3 kg," ujarnya
Seperti diketahui, karena menghormati pemerintah, perusahaan migas pelat merah tersebut terpaksa menunda menaikkan harga elpiji 12 kg pada bulan ini. VP Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir sebelumnya menyatakan, Pertamina akan mengevaluasi waktu yang tepat untuk menaikkan harga elpiji 12 kg.
Namun dia menegaskan, harga elpiji 12 kg harus naik lantaran bukan barang subsidi dan jika tidak dinaikkan, Pertamina akan makin merugi. Pada 2012 tercatat kerugian Pertamina dari jualan elpiji 12 kg mencapai USD541 juta setara Rp5 triliun. Sedangkan, terhitung mulai Januari-Februari 2013, kerugian perseroan bertambah Rp850 miliar akibat belum naiknya harga elpiji tersebut.
"(Harga elpiji 12 kg naik) kuartal ini karena secara ekonomi semakin cepat semakin baik," kata dia ketika dihubung Sindonews, Minggu (10/3/2013).
Destry menilai, kenaikan harga elpiji 12 kg sebenarnya tidak berdampak besar pada laju inflasi. Menurut dia, kebijakan pemerintah terkait pembatasan hortikultura yang justru memberi dampak besar terhadap inflasi.
"Sebenarnya hubungan antara kenaikan elpiji 12 kg dengan laju inflasi relatif tidak besar karena konsumsi elpiji 12 kg sendiri hanya 30 persen dari keseluruhan konsumsi gas rumah tangga, sehingga dampaknya relatif tidak besar," tutur dia.
Namun, rencana menaikkan harga elpiji pada kuartal I atau Maret tahun ini dinilai kurang tepat karena sudah diketahui pada awal tahun. Akibatnya, ekspektasi pasar sudah tinggi pada awalnya, sehingga menciptakan ketakutan pasar yang bisa dimanfaatkan pihak-pihak tertentu.
Hal itu yang dikhawatirkan akan memberi imbas negatif pada tingkat inflasi, sehingga pemerintah meminta Pertamina untuk menunda menaikkan harga elpiji nonsubsidi tersebut.
Kendati demikian, Destry berpendapat bahwa naiknya harga elpiji 12 kg merupakan hal yang wajar. "Hal yang dilakukan oleh Pertamina itu sudah jauh di bawah market price sebenarnya. Ini merupakan hal yang sudah tepat dilakukan walaupun ada pergeseran elpiji 12 kg ke 3 kg," ujarnya
Seperti diketahui, karena menghormati pemerintah, perusahaan migas pelat merah tersebut terpaksa menunda menaikkan harga elpiji 12 kg pada bulan ini. VP Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir sebelumnya menyatakan, Pertamina akan mengevaluasi waktu yang tepat untuk menaikkan harga elpiji 12 kg.
Namun dia menegaskan, harga elpiji 12 kg harus naik lantaran bukan barang subsidi dan jika tidak dinaikkan, Pertamina akan makin merugi. Pada 2012 tercatat kerugian Pertamina dari jualan elpiji 12 kg mencapai USD541 juta setara Rp5 triliun. Sedangkan, terhitung mulai Januari-Februari 2013, kerugian perseroan bertambah Rp850 miliar akibat belum naiknya harga elpiji tersebut.
(rna)