Pelabuhan tak efisien, masyarakat pilih jalur darat
A
A
A
Sindonews.com - Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sigit Sosiantomo menyatakan, tidak efisiennya biaya angkut barang melalui jalur pelabuhan menyebabkan masyarakat beralih ke jalur darat.
"Kita menyaksikan penurunan kualitas pelayanan yang signifikan pada pelabuhan kita, padahal pelabuhan yang di kelola Pelindo sekarang pernah berjaya di masa kolonial," kata Sigit dalam keterangan tertulisnya, Jumat (15/3/2013).
Faktor yang menyebabkan tingginya biaya di pelabuhan, kata dia, antara lain karena infrastruktur akses jalan yang rusak dari dan ke pelabuhan. Hal tersebut akan memperlambat waktu tempuh di jalan. Kemacetan pada jalur distribusi barang juga memberi andil tingginya biaya karena memperpanjang waktu pengiriman.
"Faktor lainnya adalah waktu tunggu bongkar muat atau waktu sanda (dwelling time) kapal," kata anggota DPR dapil Surabaya-Sidoarjo ini.
Kondisi dwelling time tersebut disebabkan oleh terbatasnya jam kerja karyawan bongkar muat. "Perlu ada mekanisme pengaturan waktu kerja karyawan sehingga memungkinkan tersedianya karyawan bongkar muat selama 24 jam sehari dan satu minggu sehingga logistic cost menjadi murah dan kompetitif," ujarnya.
Menurut dia, murahnya logistic cost akibat efisiensi waktu sandar dan bongkar muat ini, akan membuat harga angkut total menjadi murah. Hal tersebut akan mendorong masyarakat yang selama ini menggunakan angkutan darat untuk beralih ke angkutan laut. "Kalau sudah begitu, maka pelayaran nasional akan hidup," jelas Sigit.
Manfaat lain yang akan dirasakan adalah bebasnya jalur darat seperti jalur Pantura dari truk-truk pengangkut barang, meminimalisir pungutan liar (pungli), mengurai kemacetan, menurunkan angka kecelakaan dan kematian di jalan raya. Selain itu, umur jalan akan lebih lama sehingga mengurangi biaya perawatan. sehingga, efisiensi anggaran akan terwujud.
"Efisiensi anggaran memungkinkan pemerintah untuk membangun jalan-jalan baru, bukan hanya jalan nasional dan provinsi saja, tapi sampai jalan kabupaten dan jalan desa sehingga masyarakat dapat merasakan pembangunan dan dapat meningkatkan kesejahteraan," pungkas Sigit.
"Kita menyaksikan penurunan kualitas pelayanan yang signifikan pada pelabuhan kita, padahal pelabuhan yang di kelola Pelindo sekarang pernah berjaya di masa kolonial," kata Sigit dalam keterangan tertulisnya, Jumat (15/3/2013).
Faktor yang menyebabkan tingginya biaya di pelabuhan, kata dia, antara lain karena infrastruktur akses jalan yang rusak dari dan ke pelabuhan. Hal tersebut akan memperlambat waktu tempuh di jalan. Kemacetan pada jalur distribusi barang juga memberi andil tingginya biaya karena memperpanjang waktu pengiriman.
"Faktor lainnya adalah waktu tunggu bongkar muat atau waktu sanda (dwelling time) kapal," kata anggota DPR dapil Surabaya-Sidoarjo ini.
Kondisi dwelling time tersebut disebabkan oleh terbatasnya jam kerja karyawan bongkar muat. "Perlu ada mekanisme pengaturan waktu kerja karyawan sehingga memungkinkan tersedianya karyawan bongkar muat selama 24 jam sehari dan satu minggu sehingga logistic cost menjadi murah dan kompetitif," ujarnya.
Menurut dia, murahnya logistic cost akibat efisiensi waktu sandar dan bongkar muat ini, akan membuat harga angkut total menjadi murah. Hal tersebut akan mendorong masyarakat yang selama ini menggunakan angkutan darat untuk beralih ke angkutan laut. "Kalau sudah begitu, maka pelayaran nasional akan hidup," jelas Sigit.
Manfaat lain yang akan dirasakan adalah bebasnya jalur darat seperti jalur Pantura dari truk-truk pengangkut barang, meminimalisir pungutan liar (pungli), mengurai kemacetan, menurunkan angka kecelakaan dan kematian di jalan raya. Selain itu, umur jalan akan lebih lama sehingga mengurangi biaya perawatan. sehingga, efisiensi anggaran akan terwujud.
"Efisiensi anggaran memungkinkan pemerintah untuk membangun jalan-jalan baru, bukan hanya jalan nasional dan provinsi saja, tapi sampai jalan kabupaten dan jalan desa sehingga masyarakat dapat merasakan pembangunan dan dapat meningkatkan kesejahteraan," pungkas Sigit.
(izz)