Srikandi Hanura desak pemerintah bereskan masalah bawang
A
A
A
Sindonews.com - DPP Srikandi Hanura Mendesak Pemerintah untuk segera menuntaskan permasalahan kelangkaan bawang yang sulit didapatkan di pasar.
Ketua Dewan Kehormatan Srikandi Hanura Liliana Tanoesoedibjo mengatakan, harga bawang yang tidak terkontrol dipastikan membuat resah ibu-ibu rumah tangga dan para pedagang kecil. Masyarakat membutuhkan kepastian pemerintah untuk menetukan harga bawang yang naik turun.
“Pemerintah harus segera menetukan harga bawang di pasaran agar para pedagang kecil bisa tetap tetap berdagang,” ujarnya saat melakukan peninjauan harga bawang di Pasar Induk Kramat Jati, Selasa (26/3/2013).
Menurutnya, peninjauan ini sangat menarik karena dapat mengetahui fluktuatif harga bawang yang tidak menetap setiap harinya. Sambil berdiskusi dengan pedagang bawang di pasar, Liliana merasa miris dengan keluhan para pedagang yang berharap pemerintah bisa cepat menangani kestabilan harga bawang.
“Harganya kemarin rendah, sekarang tinggi. Kemarin bisa Rp15 ribu, sekarang Rp20 ribu,” katanya.
Liliana juga mengatakan, kelangkaan bawang dan harganya yang tinggi juga dirasakan oleh mereka yang keseharianya memotongi bawang yang baru turun dari truk. Dengan upah Rp50 ribu per hari, mereka harus memotongi bawang sebanyak satu kwintal.
Namun dengan langkanya bawang serta harganya yang mahal, tentunya mereka juga mendapatkan imbasnya. “Ini yang membuat kita iba, jika tidak ada bawang mereka menganggur dan tidak mendapatkan uang sepeserpun. Ini yang harus dipikirkan pemerintah,” ujar dia.
Dia mengaharapkan agar pemerintah pusat bisa segera melakukan penanganan kelangkaan bawang dan harganya yang mahal. Sebelumnya, lanjut dia, pemerintah berencana akan segera menentukan harga bawang di Bulog dengan merevitalisasi Bulog, tetapi sampai sekarang tidak ada kelanjutan pasti mengenai hal ini.
Untuk itu Liliana mengimbau kepada pemerintah khusunya BUMN untuk memberikan kredit khusus kepada petani agar bisa mengembangkan usahanya sendiri tanpa menggunakan jasa tengkulak.
“Ini dikarenakan para tengkulak menghargai murah lalu menjualnya dengan harga tinggi. Dan petani kita tetapi miskin dan dibodohi,” bebernya.
Selain itu, pemerintah bisa memberikan pengajaran atau pelatihan kepada petani agar mereka bisa lebih pandai berdagang.
Seorang pedagang bawang merah, Ana, mengatakan, saat ini harga bawang menjadi Rp45 ribu. Seminggu lalu harga bawang sempat melambung menjadi Rp50 ribu. Seminggu lalu saat bawang impor masuk harga menjadi tinggi, tetapi hari ini karena impor tidak masuk menjadikan bawang impor sama dengan lokal.
“Harga bawang tidak bisa dipastikan naik atau turunnya, dalam sehari seharusnya bisa menjual satu ton tetapi sekarang hanya sekitar 5 kwintal perhari,” tandas dia.
Sekadar informasi, dalam kegiatan ini, Srikandi Hanura memberikan bungkusan berisi bawang merah, bawang putih dan cabai keriting kepada pedagang asongan dan masyarakat sekitar Kalibata Kelurahan Rawajati.
Ketua Umum DPP Srikandi Hanura Miryam S. Haryani mengatakan ada 4.500 bungkus bawang dan cabai yang akan dibagikan. Menurutnya, bawang dan cabai merupakan bahan pokok untuk ibu-ibu rumah tangga dan pedagang kaki lima yang berdagang makanan. “Semoga ini membantu masyarakat di saat masa krisis bawang sekarang,” ujar dia.
Ketua Dewan Kehormatan Srikandi Hanura Liliana Tanoesoedibjo mengatakan, harga bawang yang tidak terkontrol dipastikan membuat resah ibu-ibu rumah tangga dan para pedagang kecil. Masyarakat membutuhkan kepastian pemerintah untuk menetukan harga bawang yang naik turun.
“Pemerintah harus segera menetukan harga bawang di pasaran agar para pedagang kecil bisa tetap tetap berdagang,” ujarnya saat melakukan peninjauan harga bawang di Pasar Induk Kramat Jati, Selasa (26/3/2013).
Menurutnya, peninjauan ini sangat menarik karena dapat mengetahui fluktuatif harga bawang yang tidak menetap setiap harinya. Sambil berdiskusi dengan pedagang bawang di pasar, Liliana merasa miris dengan keluhan para pedagang yang berharap pemerintah bisa cepat menangani kestabilan harga bawang.
“Harganya kemarin rendah, sekarang tinggi. Kemarin bisa Rp15 ribu, sekarang Rp20 ribu,” katanya.
Liliana juga mengatakan, kelangkaan bawang dan harganya yang tinggi juga dirasakan oleh mereka yang keseharianya memotongi bawang yang baru turun dari truk. Dengan upah Rp50 ribu per hari, mereka harus memotongi bawang sebanyak satu kwintal.
Namun dengan langkanya bawang serta harganya yang mahal, tentunya mereka juga mendapatkan imbasnya. “Ini yang membuat kita iba, jika tidak ada bawang mereka menganggur dan tidak mendapatkan uang sepeserpun. Ini yang harus dipikirkan pemerintah,” ujar dia.
Dia mengaharapkan agar pemerintah pusat bisa segera melakukan penanganan kelangkaan bawang dan harganya yang mahal. Sebelumnya, lanjut dia, pemerintah berencana akan segera menentukan harga bawang di Bulog dengan merevitalisasi Bulog, tetapi sampai sekarang tidak ada kelanjutan pasti mengenai hal ini.
Untuk itu Liliana mengimbau kepada pemerintah khusunya BUMN untuk memberikan kredit khusus kepada petani agar bisa mengembangkan usahanya sendiri tanpa menggunakan jasa tengkulak.
“Ini dikarenakan para tengkulak menghargai murah lalu menjualnya dengan harga tinggi. Dan petani kita tetapi miskin dan dibodohi,” bebernya.
Selain itu, pemerintah bisa memberikan pengajaran atau pelatihan kepada petani agar mereka bisa lebih pandai berdagang.
Seorang pedagang bawang merah, Ana, mengatakan, saat ini harga bawang menjadi Rp45 ribu. Seminggu lalu harga bawang sempat melambung menjadi Rp50 ribu. Seminggu lalu saat bawang impor masuk harga menjadi tinggi, tetapi hari ini karena impor tidak masuk menjadikan bawang impor sama dengan lokal.
“Harga bawang tidak bisa dipastikan naik atau turunnya, dalam sehari seharusnya bisa menjual satu ton tetapi sekarang hanya sekitar 5 kwintal perhari,” tandas dia.
Sekadar informasi, dalam kegiatan ini, Srikandi Hanura memberikan bungkusan berisi bawang merah, bawang putih dan cabai keriting kepada pedagang asongan dan masyarakat sekitar Kalibata Kelurahan Rawajati.
Ketua Umum DPP Srikandi Hanura Miryam S. Haryani mengatakan ada 4.500 bungkus bawang dan cabai yang akan dibagikan. Menurutnya, bawang dan cabai merupakan bahan pokok untuk ibu-ibu rumah tangga dan pedagang kaki lima yang berdagang makanan. “Semoga ini membantu masyarakat di saat masa krisis bawang sekarang,” ujar dia.
(gpr)