Emas menghadapi tekanan berat akibat inflasi lemah

Sabtu, 25 Mei 2013 - 21:27 WIB
Emas menghadapi tekanan...
Emas menghadapi tekanan berat akibat inflasi lemah
A A A
Sindonews.com - Harga emas lebih rentan setelah kecelakaan harga pada April 2013, karena inflasi di putaran pelonggaran moneter gagal terwujud.

Dilansir dari Reuters, Sabtu (25/5/2013), gagasan bahwa rekor suku bunga rendah akan merusak mata uang dan meningkatkan inflasi, merupakan faktor kunci yang mendorong emas ke rekor tertinggi di tengah krisis keuangan.

Kebijakan moneter ultra-longgar masih dalam mode, namun harga emas telah turun hampir 20 persen sejak awal tahun ini, dan berada di jalur penurunan kuartalan terbesar dalam lebih 15 tahun.

Dalam beberapa bulan terakhir, Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) telah meluncurkan program stimulus terbesar yang pernah ada, sedangkan Bank Sentral Eropa (ECB) dan Royal Bank of Australia telah memangkas suku bunga ke rekor terendah.

Di Amerika Serikat, meskipun petunjuk program pelonggaran kuantitatif mendekati akhir, namun Federal Reserve (Fed) masih memompa USD85 miliar per bulan.

Sementara tekanan inflasi tetap terkendali, pasar saham telah mencapai puncak multi-tahun di Jepang dan Eropa, dengan rekor tertinggi di Wall Street.

"Apa yang telah terjadi di Jepang dan di tempat lain telah berlaku membuat opportunity cost memegang emas lebih besar dari itu," kata analis Credit Suisse Tom Kendall.

Dia mengatakan tidak ada ketakutan inflasi di negara maju untuk saat ini, dengan menekan bank sentral merangsang aliran modal menuju langsung ke pasar ekuitas.

Emas secara luas diakui terlindung nilai inflasi, meskipun tidak semua analis setuju pada kemanjurannya. Data Reuters menunjukkan satu ons emas saat membeli 14,8 barel minyak, dekat rata-rata jangka panjang sejak 1960 sekitar 15.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9302 seconds (0.1#10.140)