MDGs tercapai lebih cepat, RI dapat penghargaan FAO
A
A
A
Sindonews.com - Food and Agriculture Organization (FAO) memberikan penghargaan kepada Indonesia karena dinilai mampu mengurangi angka kelaparan dan malnutrisi dua tahun lebih cepat dari target Millenium Development Goals (MDGs) 2015.
Direktur Jenderal FAO, Graziano da Silvia mengatakan, FAO atau badan pangan dan pertanian PBB memberikan apresiasi atas Indonesia karena berhasil mencapai MDGs 2015 khusus target pertama. Yaitu, mengurangi angka kelaparan dan mal nutrisi.
Menurutnya, Indonesia termasuk 35 negara dari 189 yang mendaptkan penghargaan MDGs di samping Brazil, Amerika Latin, Vietnam, dan Tiongkok. Karena Indonesia lebih cepat mencapai MDGs untuk menurunkan angka kelaparan dan kurang gizi,
"Dari hasil pengamatan kami negra-negara ini berhasil menggabungkan pertanian dengan perlindungan sosial, sehingga cepat mencapai target," katanya saat ditemui di Jakarta, Senin (27/5/2013).
Graziano mengatakan, dengan mendapatkan penghargaan ini, Indonesia dapat menjadi contoh negara lain dalam ketahanan pangan. Serta kedepa dapat membantu negara lain guna mencapai hal yang sama.
Di samping itu, dia mengimbau kepada Indonesia agar target yang belum tercapai seperti tingginya angka kematian ibu dan bayi serta akses air bersih bisa menjadi perhatian lebih bagi pemerintah Indonesia dalam upaya penaggulangan.
"Guna mencapai target MDGs lainya, pemerintah Indonesia juga harus segera menyelesaikan masalah-masalah lainya," tegas dia.
Selanjutnya, delegasi FAO ini akan melakukan kunjungan pada 26-28 Mei 2013 kepada Presiden RI dan melakukan joint meeting bersama Menko Kesra, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, Menteri Lingkungan Hidup serta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra), Agung Laksono mengatakan, FAO juga memiliki peran yang strategis serta keunggulan yang komparatif dibidang pertanian yang luas termasuk kehutanan, lingkungan, perikanan, dan sumber daya alam.
"Ini semua akan berpengaruh pada dalam pemberanasan kelaparan di tingkat globaL sebagaimana dinyatakan dalam tujuan strategis pertama," ujarnya.
Dia mengatakan, terkait hal ini Kemenko Kesra pada 2013 memiliki empat kerja sama dengan FAO. Yaitu mengurangi kerentanan bencana dan dampak perubahan iklim di Asia untuk perikanan dan akuakultur sektor. Warisan global penting sistem pertanian (GIAHS), pemberdayaan masyarakat expo dan forum dan yang terakhir pelaksanaan pandu gerbang kampung untuk meningkatkan kesejahteraan rumput laut dan kebudayaan.
Lebih lanjut dia mengatakan, sejak 1985 Indonesia sudah mendapatkan penghargaan sebagai salah satu negara swasembada pangan. Dalam hal ini penghargaan yang diberikan FAO juga melihat target Indonesia dalam ketahanan pangan kedepanya.
"Tentunya masih banyak kekurangan yang harus dikejar kedepanya. Namun, penghargaan ini patut di apresiasi karena dari 35 negara Indonesia-lah satu-satunya," tandasnya.
Menurut Agung, secara luas memang kasus malnutrisi masih harus lebih diperbaiki. Namun, sekitar 1990 lalu penurunan yang dilakukan Indonesia cukup signifikan. Dalam hal ini, angka kemiskinan sebagai malnutrisi dan kelaparan penurunannya lamban.
"Saat ini angka kemiskinan masih 11,6 persen sedangkan angka kurang gizi 8,5 persen dari seluruh balita pada 1990 menjadi 5 persen pada 2012," kata Menko Kesra.
Ke depan, program diversifikasi pangan Indonesia haruslah dikembangkan lebih lanjut, meskipun sumber daya pangan lokal Indonesia berlimpah seperti ubi jalar, singkong, sagu, dan sektor perikanan dan produk turunanya seperti tanaman pokok beras, jagung dan kedelai.
Direktur Jenderal FAO, Graziano da Silvia mengatakan, FAO atau badan pangan dan pertanian PBB memberikan apresiasi atas Indonesia karena berhasil mencapai MDGs 2015 khusus target pertama. Yaitu, mengurangi angka kelaparan dan mal nutrisi.
Menurutnya, Indonesia termasuk 35 negara dari 189 yang mendaptkan penghargaan MDGs di samping Brazil, Amerika Latin, Vietnam, dan Tiongkok. Karena Indonesia lebih cepat mencapai MDGs untuk menurunkan angka kelaparan dan kurang gizi,
"Dari hasil pengamatan kami negra-negara ini berhasil menggabungkan pertanian dengan perlindungan sosial, sehingga cepat mencapai target," katanya saat ditemui di Jakarta, Senin (27/5/2013).
Graziano mengatakan, dengan mendapatkan penghargaan ini, Indonesia dapat menjadi contoh negara lain dalam ketahanan pangan. Serta kedepa dapat membantu negara lain guna mencapai hal yang sama.
Di samping itu, dia mengimbau kepada Indonesia agar target yang belum tercapai seperti tingginya angka kematian ibu dan bayi serta akses air bersih bisa menjadi perhatian lebih bagi pemerintah Indonesia dalam upaya penaggulangan.
"Guna mencapai target MDGs lainya, pemerintah Indonesia juga harus segera menyelesaikan masalah-masalah lainya," tegas dia.
Selanjutnya, delegasi FAO ini akan melakukan kunjungan pada 26-28 Mei 2013 kepada Presiden RI dan melakukan joint meeting bersama Menko Kesra, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, Menteri Lingkungan Hidup serta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra), Agung Laksono mengatakan, FAO juga memiliki peran yang strategis serta keunggulan yang komparatif dibidang pertanian yang luas termasuk kehutanan, lingkungan, perikanan, dan sumber daya alam.
"Ini semua akan berpengaruh pada dalam pemberanasan kelaparan di tingkat globaL sebagaimana dinyatakan dalam tujuan strategis pertama," ujarnya.
Dia mengatakan, terkait hal ini Kemenko Kesra pada 2013 memiliki empat kerja sama dengan FAO. Yaitu mengurangi kerentanan bencana dan dampak perubahan iklim di Asia untuk perikanan dan akuakultur sektor. Warisan global penting sistem pertanian (GIAHS), pemberdayaan masyarakat expo dan forum dan yang terakhir pelaksanaan pandu gerbang kampung untuk meningkatkan kesejahteraan rumput laut dan kebudayaan.
Lebih lanjut dia mengatakan, sejak 1985 Indonesia sudah mendapatkan penghargaan sebagai salah satu negara swasembada pangan. Dalam hal ini penghargaan yang diberikan FAO juga melihat target Indonesia dalam ketahanan pangan kedepanya.
"Tentunya masih banyak kekurangan yang harus dikejar kedepanya. Namun, penghargaan ini patut di apresiasi karena dari 35 negara Indonesia-lah satu-satunya," tandasnya.
Menurut Agung, secara luas memang kasus malnutrisi masih harus lebih diperbaiki. Namun, sekitar 1990 lalu penurunan yang dilakukan Indonesia cukup signifikan. Dalam hal ini, angka kemiskinan sebagai malnutrisi dan kelaparan penurunannya lamban.
"Saat ini angka kemiskinan masih 11,6 persen sedangkan angka kurang gizi 8,5 persen dari seluruh balita pada 1990 menjadi 5 persen pada 2012," kata Menko Kesra.
Ke depan, program diversifikasi pangan Indonesia haruslah dikembangkan lebih lanjut, meskipun sumber daya pangan lokal Indonesia berlimpah seperti ubi jalar, singkong, sagu, dan sektor perikanan dan produk turunanya seperti tanaman pokok beras, jagung dan kedelai.
(izz)