Defisit neraca perdagangan bisa tembus USD2 miliar
A
A
A
Sindonews.com - Neraca perdagangan Indonesia terus membukukan peningkatan defisit dalam dua bulan terakhir. Bila pada Januari defisit neraca perdagangan hanya sebesar USD171 juta, maka pada Februari angkanya melonjak menjadi USD327,4 juta.
Dengan demikian, hingga Januari-Februari kumulatif defisit neraca perdagangan mencapai USD402,1 juta. Kondisi tersebut sangat bertolak belakang dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Pada Januari-Februari, kumulatif neraca perdagangan masih membukukan surplus sebesar USD1,71 miliar.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengakui sangat sulit untuk mengantisipasi tren defisit tersebut. Gita bahkan memperkirakan defisit neraca perdagangan pada akhir tahun dipastikan jauh lebih besar dibandingkan tahun lalu.
“Saya kira (defisit) bisa capai USD2 miliar-USD3 miliar. Tahun lalu kan USD1,61 miliar,” ucap Gita di kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jumat (5/4/2013).
Gita menambahkan, defisit neraca perdagangan lebih disebabkan oleh sektor migas. Selama Janauari-Februari, sektor migas telah membukukan defisit sebesar USD2,417 miliar. Sebaliknya, sektor non-migas mencatatkan surplus USD2,015 miliar.
Gita mengungkapkan, jika tidak ada kebijakan di sektor migas yang bisa menekan impor BBM, maka sektor migas akan tetap menyumbang defisit dengan nilai besar. Pasalnya, konsumsi BBM akan tetap besar.
“Kalau tidak ada kenaikan harga BBM, tidak ada penyikapan ekspor migas, defisit neraca perdagangannya akan membesar,” ucapnya.
(maesaroh)
Dengan demikian, hingga Januari-Februari kumulatif defisit neraca perdagangan mencapai USD402,1 juta. Kondisi tersebut sangat bertolak belakang dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Pada Januari-Februari, kumulatif neraca perdagangan masih membukukan surplus sebesar USD1,71 miliar.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengakui sangat sulit untuk mengantisipasi tren defisit tersebut. Gita bahkan memperkirakan defisit neraca perdagangan pada akhir tahun dipastikan jauh lebih besar dibandingkan tahun lalu.
“Saya kira (defisit) bisa capai USD2 miliar-USD3 miliar. Tahun lalu kan USD1,61 miliar,” ucap Gita di kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jumat (5/4/2013).
Gita menambahkan, defisit neraca perdagangan lebih disebabkan oleh sektor migas. Selama Janauari-Februari, sektor migas telah membukukan defisit sebesar USD2,417 miliar. Sebaliknya, sektor non-migas mencatatkan surplus USD2,015 miliar.
Gita mengungkapkan, jika tidak ada kebijakan di sektor migas yang bisa menekan impor BBM, maka sektor migas akan tetap menyumbang defisit dengan nilai besar. Pasalnya, konsumsi BBM akan tetap besar.
“Kalau tidak ada kenaikan harga BBM, tidak ada penyikapan ekspor migas, defisit neraca perdagangannya akan membesar,” ucapnya.
(maesaroh)
(gpr)