Pengamat: April sangat krusial terjadinya deflasi
A
A
A
Sindonews.com - Chief Economist Bank Mandiri, Destry Damayanti mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia pada semester pertama cukup berat. Salah satu penyebabnya adalah situasi global yang penuh ketidakpastian.
"Semester pertama cukup berat secara ekonomi, situasi global tidak pasti. Data ekonomi AS mengatakan pertumbuhan masih belum stabil di Eropa, selain krisis Siprus, Portugal minta second bailout. Yang bisa kita harapkan adalah China, India, dan Korea Selatan. Sedangkan Jepang kita berharap likuiditas yang bagus sehingga permintaan barang dari kita meningkat," ujarnya di Gedung Mandiri, Jakarta, Senin (15/4/2013).
Menurutnya, inflasi yang ada sekarang sebenarnya di luar kendali otoritas moneter. Karena diakibatkan stok bahan pangan sekaligus menegaskan apabila pemerintah gagal menurunkan inflasi pada April tahun ini.
"Inflasi ini di luar kendali otoritas moneter, yang krusial adalah pada April, bisa enggak pemerintah menjadikan deflasi sehingga tingkat inflasi turun 0,3-0,4 dari 0,63 persen. Tetapi saya agak skeptis, kalau sampai April miss, akan susah bagi pemerintah mempertahankan target inflasi 4,9 persen," jelasnya.
Dia mengutarakan, bahwa walaupun neraca perdagangan Indonesia defisit dan devisa juga ikut turun, pihaknya tetap percaya pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 akan mencapai 6 sampai 6,3 persen.
"Neraca perdagangan defisit USD400 juta, membuat Bank Indonesia mengorbankan cadangan devisa. Sehingga devisa turun USD700 miliar. Tetapi kita confident pertumbuhan 6-6,3 persen. Sedangkan rupiah berada pada kisaran Rp9.700 sampai Rp9.800 per Dolar AS," pungkas Destry.
"Semester pertama cukup berat secara ekonomi, situasi global tidak pasti. Data ekonomi AS mengatakan pertumbuhan masih belum stabil di Eropa, selain krisis Siprus, Portugal minta second bailout. Yang bisa kita harapkan adalah China, India, dan Korea Selatan. Sedangkan Jepang kita berharap likuiditas yang bagus sehingga permintaan barang dari kita meningkat," ujarnya di Gedung Mandiri, Jakarta, Senin (15/4/2013).
Menurutnya, inflasi yang ada sekarang sebenarnya di luar kendali otoritas moneter. Karena diakibatkan stok bahan pangan sekaligus menegaskan apabila pemerintah gagal menurunkan inflasi pada April tahun ini.
"Inflasi ini di luar kendali otoritas moneter, yang krusial adalah pada April, bisa enggak pemerintah menjadikan deflasi sehingga tingkat inflasi turun 0,3-0,4 dari 0,63 persen. Tetapi saya agak skeptis, kalau sampai April miss, akan susah bagi pemerintah mempertahankan target inflasi 4,9 persen," jelasnya.
Dia mengutarakan, bahwa walaupun neraca perdagangan Indonesia defisit dan devisa juga ikut turun, pihaknya tetap percaya pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 akan mencapai 6 sampai 6,3 persen.
"Neraca perdagangan defisit USD400 juta, membuat Bank Indonesia mengorbankan cadangan devisa. Sehingga devisa turun USD700 miliar. Tetapi kita confident pertumbuhan 6-6,3 persen. Sedangkan rupiah berada pada kisaran Rp9.700 sampai Rp9.800 per Dolar AS," pungkas Destry.
(izz)