IHSG berpotensi mengalami guncangan
A
A
A
Sindonews.com - Kepala riset MNC Securities, Edwin Sebayang memprediksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini akan bergerak di kisaran 4.848-4.915.
Berpola black marubozu terbentuk atas IHSG mengindikasikan bearish reversal. IHSG akan tertekan akibat penurunan tajam Dow Jones semalam.
"Bursa Indonesia dalam perdagangan Selasa ini, saya perkirakan berpotensi mengalami guncangan sebagai dampak kejatuhan tajam Dow Jones dan harga komoditas," terang Edwin, Selasa (16/4/2013).
Kondisi tersebut setidaknya terimbas dari pergerakan Dow Jones yang tengah turun tajam. Kombinasi melambatnya kecepatan pertumbuhan manufacturing di New York State yang tumbuh 3,05 di bulan April, jauh lebih lambat dari kecepatan di bulan Maret yang tumbuh 9,24 serta berlawanan dengan konsensus yang mengharapkan tumbuh pada level 7.
Selain itu, data Homebuilder Sentiment yang jatuh untuk pekan ketiga di bulan April, turun menjadi 42 dari sebelumnya 44 di bulan Maret serta mengecewakannya GDP China kuartal I/2013 yang hanya tumbuh 7,7 persen dibandingkan ekspektasi pelaku pasar GDP China akan tumbuh 8 persen serta lebih rendah dari GDP kuartal IV/2012.
"Adanya ledakan yang terjadi dalam Boston Marathon yang menyebabkan dua orang tewas dan 28 orang terluka menjadi faktor penyebab Dow Jones turun tertajam dalam satu hari perdagangan selama 2013 sebesar -265,86 poin (-1,79 persen)," papar Edwin.
Hal tersebut, lanjutnya diiringi kenaikan tertajam The VIX di 2013 sebesar +43,2 persen ditutup pada level 17,27.
Kejatuhan tajam Dow, kata Edwin, juga melanda pasar komoditas terutama didorong mengecewakannya data GDP China kuartal I/2013, padahal China menjadi buyer terbesar kedua untuk emas dan minyak, dimana emas kembali turun tertajam -10,22 persen (USD -153,5) menjadi USD1.347,9/OZ atau setara Rp410.500/gram jika menggunakan Rp9.715/USD. Serta, turunnya minyak sebesar 4,15 persen ditutup pada harga USD87,5/barel.
Tetapi, menurut Edwin, kejatuhan tajam harga komoditas bagus untuk perekonomian Indonesia. Artinya, dapat mengurangi tekanan inflasi dan defisit anggaran. "Sehingga sangat menguntungkan untuk saham sektor perbankan, properti, konstruksi, semen dan konsumer," tuturnya.
Berpola black marubozu terbentuk atas IHSG mengindikasikan bearish reversal. IHSG akan tertekan akibat penurunan tajam Dow Jones semalam.
"Bursa Indonesia dalam perdagangan Selasa ini, saya perkirakan berpotensi mengalami guncangan sebagai dampak kejatuhan tajam Dow Jones dan harga komoditas," terang Edwin, Selasa (16/4/2013).
Kondisi tersebut setidaknya terimbas dari pergerakan Dow Jones yang tengah turun tajam. Kombinasi melambatnya kecepatan pertumbuhan manufacturing di New York State yang tumbuh 3,05 di bulan April, jauh lebih lambat dari kecepatan di bulan Maret yang tumbuh 9,24 serta berlawanan dengan konsensus yang mengharapkan tumbuh pada level 7.
Selain itu, data Homebuilder Sentiment yang jatuh untuk pekan ketiga di bulan April, turun menjadi 42 dari sebelumnya 44 di bulan Maret serta mengecewakannya GDP China kuartal I/2013 yang hanya tumbuh 7,7 persen dibandingkan ekspektasi pelaku pasar GDP China akan tumbuh 8 persen serta lebih rendah dari GDP kuartal IV/2012.
"Adanya ledakan yang terjadi dalam Boston Marathon yang menyebabkan dua orang tewas dan 28 orang terluka menjadi faktor penyebab Dow Jones turun tertajam dalam satu hari perdagangan selama 2013 sebesar -265,86 poin (-1,79 persen)," papar Edwin.
Hal tersebut, lanjutnya diiringi kenaikan tertajam The VIX di 2013 sebesar +43,2 persen ditutup pada level 17,27.
Kejatuhan tajam Dow, kata Edwin, juga melanda pasar komoditas terutama didorong mengecewakannya data GDP China kuartal I/2013, padahal China menjadi buyer terbesar kedua untuk emas dan minyak, dimana emas kembali turun tertajam -10,22 persen (USD -153,5) menjadi USD1.347,9/OZ atau setara Rp410.500/gram jika menggunakan Rp9.715/USD. Serta, turunnya minyak sebesar 4,15 persen ditutup pada harga USD87,5/barel.
Tetapi, menurut Edwin, kejatuhan tajam harga komoditas bagus untuk perekonomian Indonesia. Artinya, dapat mengurangi tekanan inflasi dan defisit anggaran. "Sehingga sangat menguntungkan untuk saham sektor perbankan, properti, konstruksi, semen dan konsumer," tuturnya.
(rna)