Rencana pembangunan monorel di Surabaya ditentang DPRD
A
A
A
Sindonews.com - DPRD Surabaya terus melontarkan kritik atas rencana pembangunan monorel dan trem di Surabaya. Para wakil rakyat di Jalan Yos Sudarso itu menilai monorel dan trem bukan solusi untuk mengurai kemacetan di kota pahlawan ini. Pasalnya, pengadaan monorel dan trem tidak diikuti dengan pembatasan jumlah kendaraan baik roda dua dan empat.
Selain itu, lembaga DPRD menilai monorel dan trem belum teruji apakah sistem angkutan massal itu murah dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Surabaya dan sekitarnya atau tidak. Sebab, kebutuhan akan sarana transportasi massal di Surabaya dibutuhkan yang murah dan sesuai yang diinginkan warga.
Anggota Komisi C DPRD Surabaya Sudirjo mengatakan, pengadaan monorel dan trem di Surabaya yang konon dipergunakan untuk menghubungkan koridor Timur-Barat dan Selatan-Utara Surabaya tidak diikuti pengurangan jumlah mobil dan sepeda motor. Jumlah kendaraan roda dua dan empat itu terus bertambah setiap harinya.
“Kalau tidak ada pembatasan kendaraan kan percuma, tak berguna alias sia-sia ada monorel dan trem di Surabaya. Apalagi, naik sepeda motor lebih irit dan hemat daripada naik monorel dan trem. Maka, monorel dan trem hanya sebagai pajangan kota saja,” ujarnya di Surabaya, Rabu (17/4/2013).
Dia menilai, program trem and monorel yang diwujudkan pemkot Surabaya lebih di balik program itu ada udang di balik batu. Ketika program itu akan terlaksana dan sudah ada investor yang sanggup membangunnya, maka tidak menutup kemungkinan ada pejabat pemkot yang memperoleh fee dari proses pengadaan saran transprtasi massal itu. Karena itu pemkot terus ngeyel agar pengadaan angkutan massal itu bisa terlaksana di Surabaya.
Selain itu, lembaga DPRD menilai monorel dan trem belum teruji apakah sistem angkutan massal itu murah dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Surabaya dan sekitarnya atau tidak. Sebab, kebutuhan akan sarana transportasi massal di Surabaya dibutuhkan yang murah dan sesuai yang diinginkan warga.
Anggota Komisi C DPRD Surabaya Sudirjo mengatakan, pengadaan monorel dan trem di Surabaya yang konon dipergunakan untuk menghubungkan koridor Timur-Barat dan Selatan-Utara Surabaya tidak diikuti pengurangan jumlah mobil dan sepeda motor. Jumlah kendaraan roda dua dan empat itu terus bertambah setiap harinya.
“Kalau tidak ada pembatasan kendaraan kan percuma, tak berguna alias sia-sia ada monorel dan trem di Surabaya. Apalagi, naik sepeda motor lebih irit dan hemat daripada naik monorel dan trem. Maka, monorel dan trem hanya sebagai pajangan kota saja,” ujarnya di Surabaya, Rabu (17/4/2013).
Dia menilai, program trem and monorel yang diwujudkan pemkot Surabaya lebih di balik program itu ada udang di balik batu. Ketika program itu akan terlaksana dan sudah ada investor yang sanggup membangunnya, maka tidak menutup kemungkinan ada pejabat pemkot yang memperoleh fee dari proses pengadaan saran transprtasi massal itu. Karena itu pemkot terus ngeyel agar pengadaan angkutan massal itu bisa terlaksana di Surabaya.
(gpr)