Pengusaha nilai harga solar idealnya Rp6.000/liter
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah pelaku usaha yang ada di DI Yogyakarta (DIY)mendukung rencana pemerintah yang akan menaikkan harga solar subsidi. Mereka memilih harga naik, asalkan ketersediaan solar di SPBU melimpah.
Para pengusaha pun menilai, harga solar idealnya Rp6.000 per liter. Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DIY, Agus Adrianto mengatakan, kebijakan kenaikan ini harus segera direalisasikan. Beberapa waktu lalu, Organda DIY telah melakukan perhitungan biaya.
Saat itulah, kata dia, telah diketahui bahwa nilai ideal solar berada pada kisaran Rp6.000. Sehingga ketika terjadi kenaikan, tarif hanya akan naik
18-22 persen.
"Kalau naiknya lebih tinggi, tarif pasti juga akan menyesuaikan lagi. Tetapi itu tidak masalah terpenting pasokan lancar dan mudah didapat," ujarnya.
Ketua Asosiasi Tours and Travel (Asita) DIY, Edwin Ismedi Himna mengatakan, sektor pariwisata saat ini paling dibuat repot dengan kebijakan penyaluran melalui kuota. Sebab untuk menyewa bus pariwisata menggunakan tarif harian.
Sehingga, ketika terjadi kelangkaan solar dan banyak SPBU kosong, akan ada penambahan waktu bus sampai di lokasi. Hal ini menjadikan perdebatan antara pemilik bus, agen wisata, dan penyewa.
"Asita siap mengikuti tarif dari angkutan yang ada," tandas Edwin.
Para pengusaha pun menilai, harga solar idealnya Rp6.000 per liter. Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DIY, Agus Adrianto mengatakan, kebijakan kenaikan ini harus segera direalisasikan. Beberapa waktu lalu, Organda DIY telah melakukan perhitungan biaya.
Saat itulah, kata dia, telah diketahui bahwa nilai ideal solar berada pada kisaran Rp6.000. Sehingga ketika terjadi kenaikan, tarif hanya akan naik
18-22 persen.
"Kalau naiknya lebih tinggi, tarif pasti juga akan menyesuaikan lagi. Tetapi itu tidak masalah terpenting pasokan lancar dan mudah didapat," ujarnya.
Ketua Asosiasi Tours and Travel (Asita) DIY, Edwin Ismedi Himna mengatakan, sektor pariwisata saat ini paling dibuat repot dengan kebijakan penyaluran melalui kuota. Sebab untuk menyewa bus pariwisata menggunakan tarif harian.
Sehingga, ketika terjadi kelangkaan solar dan banyak SPBU kosong, akan ada penambahan waktu bus sampai di lokasi. Hal ini menjadikan perdebatan antara pemilik bus, agen wisata, dan penyewa.
"Asita siap mengikuti tarif dari angkutan yang ada," tandas Edwin.
(izz)