Laba bersih PTBA turun jadi Rp493,18 M
A
A
A
Sindonews.com - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sepanjang tiga bulan pertama tahun ini mencatat laba bersih sebesar Rp493,18 miliar dengan pendapatan mencapai Rp2,78 triliun.
Dibanding periode yang sama tahun lalu, kinerja keuangan perseroan tersebut menurun. Pada kuartal I/2012, laba bersih perseroan tercatat sebesar Rp867,34 miliar dengan pendapatan mencapai 3,02 triliun.
"Perolehan laba bersih tersebut, diantaranya dipengaruhi volume penjualan batu bara, harga rata-rata batu bara dan persedian akhir batu bara," kata Sekretaris Perusahaan PTBA, Joko Pramono dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (23/4/2013).
Pada kuartal I tahun ini, volume penjualan batu bara perseroan naik 17 persen menjadi 4,51 juta ton dibanding realisasi periode yang sama tahun lalu sebanyak 3,85 juta ton. Menurunnya kinerja keuangan perseroan karena tertekannya harga batu bara. Pada kuartal I/2013, harga rata-rata batu bara perseroan sebesar Rp613.810 per ton.
Namun, perseroan optimistis harga batu bara di pasar dunia akan kembali membaik. Adapun, upaya yang dilakukan perseroan untuk menggenjot kinerja keuangan selain mengejar target volume penjualan adalah dengan optimalisasi efisiensi di seluruh aspek.
Optimalisasi itu, diantaranya merevisi pola penambangan dengan memprioritaskan eksploitasi cadangan batu bara berkalori tinggi dengan jarak angkut relatif pendek dan memprioritaskan transportasi batu bara di wilayah produksi dengan menggunakan belt conveyor untuk menekan pemakaian BBM.
Selain itu, memprioritaskan penjualan batu bara berkalori tinggi untuk ekspor, terutama ke Jepang dan Taiwan. Di samping itu, mengalihkan pemakaian listrik ke PLTU milik sendiri, yakni PLTU 3x10 MW di mulut tambang di Tanjung Enim pada akhir September 2012. PLTU tersebut menggunakan batu bara tidak layak jual (fine coal).
Dari listrik yang dihasilkan PLTU tersebut, perseroan menggunakan untuk kegiatan operasional sekitar 24 MW dan sisanya 6 MW dijual ke PLN dengan tarif Rp787,2/kwh.
"Dengan langkah strategis untuk efisiensi di berbagai aspek, diharapkan PTBA berpeluang memperoleh pendapatan dan laba bersih yang jauh lebih baik dibanding kuartal I/2013," tandas Joko.
Dibanding periode yang sama tahun lalu, kinerja keuangan perseroan tersebut menurun. Pada kuartal I/2012, laba bersih perseroan tercatat sebesar Rp867,34 miliar dengan pendapatan mencapai 3,02 triliun.
"Perolehan laba bersih tersebut, diantaranya dipengaruhi volume penjualan batu bara, harga rata-rata batu bara dan persedian akhir batu bara," kata Sekretaris Perusahaan PTBA, Joko Pramono dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (23/4/2013).
Pada kuartal I tahun ini, volume penjualan batu bara perseroan naik 17 persen menjadi 4,51 juta ton dibanding realisasi periode yang sama tahun lalu sebanyak 3,85 juta ton. Menurunnya kinerja keuangan perseroan karena tertekannya harga batu bara. Pada kuartal I/2013, harga rata-rata batu bara perseroan sebesar Rp613.810 per ton.
Namun, perseroan optimistis harga batu bara di pasar dunia akan kembali membaik. Adapun, upaya yang dilakukan perseroan untuk menggenjot kinerja keuangan selain mengejar target volume penjualan adalah dengan optimalisasi efisiensi di seluruh aspek.
Optimalisasi itu, diantaranya merevisi pola penambangan dengan memprioritaskan eksploitasi cadangan batu bara berkalori tinggi dengan jarak angkut relatif pendek dan memprioritaskan transportasi batu bara di wilayah produksi dengan menggunakan belt conveyor untuk menekan pemakaian BBM.
Selain itu, memprioritaskan penjualan batu bara berkalori tinggi untuk ekspor, terutama ke Jepang dan Taiwan. Di samping itu, mengalihkan pemakaian listrik ke PLTU milik sendiri, yakni PLTU 3x10 MW di mulut tambang di Tanjung Enim pada akhir September 2012. PLTU tersebut menggunakan batu bara tidak layak jual (fine coal).
Dari listrik yang dihasilkan PLTU tersebut, perseroan menggunakan untuk kegiatan operasional sekitar 24 MW dan sisanya 6 MW dijual ke PLN dengan tarif Rp787,2/kwh.
"Dengan langkah strategis untuk efisiensi di berbagai aspek, diharapkan PTBA berpeluang memperoleh pendapatan dan laba bersih yang jauh lebih baik dibanding kuartal I/2013," tandas Joko.
(rna)