Laju IHSG dibayangi aksi jual
A
A
A
Sindonews.com - Kepala riset Trust Securities, Reza Priyambada memproyeksikan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ketiga pekan ini memiliki potensi melanjutkan pelemahan, terimbas aksi jual yang dilakukan para investor pasca IHSG menyentuh level psikologisnya di 5.000.
Pada perdagangan hari ini, IHSG diperkirakan akan berada pada support 4.964-4.986 dan resistance 5.020-5.037. Berpola menyerupai spinning di bawah upper bollinger bands (UBB). MACD bergerak tipis dengan histogram positif yang mendatar. RSI, William's %R, dan Stochastic terbatas kenaikannya cenderung mulai menurun.
"Pergerakan IHSG yang gagal mendekati level psikologis kembali di level 5.000 membuat persepsi banyak pelaku pasar melancarkan serangan aksi jual. Apalagi penutupan IHSG di bawah target atas support kami (4.986), sehingga dapat memberikan peluang pelemahan lanjutan," kata Reza, Rabu (24/4/2013).
Namun demikian, dia mengharapkan pelemahan yang terjadi masih terbatas dengan laju bursa saham Eropa dan AS yang diharapkan positif. Negatifnya bursa saham Asia pascarilis penurunan HSBC Manufacturing PMI memberikan imbas yang kurang baik bagi IHSG.
Selain sentimen itu, masih adanya mindset “jualan” di pelaku pasar membuat IHSG makin tertekan. IHSG pun semakin menjauhi level 5.000. Bahkan selama intraday perdagangan hanya selisih 0,81 poin dari level 5.000.
Di sisi lain, sempat variatifnya pembukaan bursa saham Eropa setelah rilis data-data manufacturing PMI dan service PMI di beberapa negara zona Eropa juga memberikan tekanan bagi IHSG. Akan tetapi, masih adanya nett buy asing dapat membuat IHSG naik tipis meski belum lepas dari zona merah.
"Sepanjang perdagangan, IHSG menyentuh level 4.999,19 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.971,10 (level terendahnya) jelang preclosing dan berakhir di level 4.975,33. Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell," paparnya.
Pergerakan nilai tukar rupiah masih melanjutkan pelemahan setelah merespon negatif penurunan indeks manufaktur China dan Jerman. Kondisi ini membuat pelaku pasar menjadi pesimis terhadap upaya pemulihan lebih lanjut di semester I tahun ini.
Meski pelemahan rupiah di awal sesi sempat terbatas dengan sentimen kenaikan FDI Indonesia untuk Q1/2013 sebesar 27,2 persen (YoY) menjadi USD6,7 miliar, namun sentimen tambahan dari pernyataan Presiden Italia terpilih yang baru, Giorgio Napolitano bahwa ada kemungkinan kemelut politik di Italia masih akan terjadi membuat Eropa tertekan.
Indeks saham Asia melemah yang dipicu rilis data HSBC manufaktur PMI China yang di bawah perkiraan sebelumnya. Pelemahan pada data manufaktur memperparah sentimen yang ada terutama setelah China merilis pertumbuhan PDB-nya yang masih di bawah estimasi.
Pada perdagangan hari ini, IHSG diperkirakan akan berada pada support 4.964-4.986 dan resistance 5.020-5.037. Berpola menyerupai spinning di bawah upper bollinger bands (UBB). MACD bergerak tipis dengan histogram positif yang mendatar. RSI, William's %R, dan Stochastic terbatas kenaikannya cenderung mulai menurun.
"Pergerakan IHSG yang gagal mendekati level psikologis kembali di level 5.000 membuat persepsi banyak pelaku pasar melancarkan serangan aksi jual. Apalagi penutupan IHSG di bawah target atas support kami (4.986), sehingga dapat memberikan peluang pelemahan lanjutan," kata Reza, Rabu (24/4/2013).
Namun demikian, dia mengharapkan pelemahan yang terjadi masih terbatas dengan laju bursa saham Eropa dan AS yang diharapkan positif. Negatifnya bursa saham Asia pascarilis penurunan HSBC Manufacturing PMI memberikan imbas yang kurang baik bagi IHSG.
Selain sentimen itu, masih adanya mindset “jualan” di pelaku pasar membuat IHSG makin tertekan. IHSG pun semakin menjauhi level 5.000. Bahkan selama intraday perdagangan hanya selisih 0,81 poin dari level 5.000.
Di sisi lain, sempat variatifnya pembukaan bursa saham Eropa setelah rilis data-data manufacturing PMI dan service PMI di beberapa negara zona Eropa juga memberikan tekanan bagi IHSG. Akan tetapi, masih adanya nett buy asing dapat membuat IHSG naik tipis meski belum lepas dari zona merah.
"Sepanjang perdagangan, IHSG menyentuh level 4.999,19 (level tertingginya) di awal sesi 1 dan menyentuh level 4.971,10 (level terendahnya) jelang preclosing dan berakhir di level 4.975,33. Volume perdagangan dan nilai total transaksi naik. Investor asing mencatatkan nett buy dengan kenaikan nilai transaksi beli dan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan nett sell," paparnya.
Pergerakan nilai tukar rupiah masih melanjutkan pelemahan setelah merespon negatif penurunan indeks manufaktur China dan Jerman. Kondisi ini membuat pelaku pasar menjadi pesimis terhadap upaya pemulihan lebih lanjut di semester I tahun ini.
Meski pelemahan rupiah di awal sesi sempat terbatas dengan sentimen kenaikan FDI Indonesia untuk Q1/2013 sebesar 27,2 persen (YoY) menjadi USD6,7 miliar, namun sentimen tambahan dari pernyataan Presiden Italia terpilih yang baru, Giorgio Napolitano bahwa ada kemungkinan kemelut politik di Italia masih akan terjadi membuat Eropa tertekan.
Indeks saham Asia melemah yang dipicu rilis data HSBC manufaktur PMI China yang di bawah perkiraan sebelumnya. Pelemahan pada data manufaktur memperparah sentimen yang ada terutama setelah China merilis pertumbuhan PDB-nya yang masih di bawah estimasi.
(rna)