MP3EI diyakini mampu tingkatkan pendapatan per kapita RI

Selasa, 28 Mei 2013 - 17:33 WIB
MP3EI diyakini mampu tingkatkan pendapatan per kapita RI
MP3EI diyakini mampu tingkatkan pendapatan per kapita RI
A A A
Sindonews.com - Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa mengatakan, dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Indonesia mampu meningkatkan pendapatan perkapita hingga 15 ribu USD pada 2025.

Hal tersebut dikatakan Hatta di depan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) saat menjadi pembicara dalam kuliah umum di Pusat Staudi Jepang (PSJ), UI, Selasa (28/5/2013).

Menurutnya, Indonesia juga mempersiapkan diri untuk masuk dalam kekuatan nomor 7 ekonomi dunia. "Karena itu kita harus siapkan MP3EI. Mau dibawa kemana bangsa ini. Visi sampai 2025, pendapatan per kapita Indonesia mencapai USD14-15 ribu, GDP meningkat empat kali. Di akhir 2014 pendapatan per kapita kita mencapai USd4.500-5.000 per kapita. Saat ini pendapatan perkapita kita di atas USD3.800," ungkap Hatta dalam kesempatan tersebut.

Karena itu, kata Hatta, Indonesia mempunyai modal untuk menyusun dokumen penting MP3EI. Hal itu untuk mewujudkan masyarakat mandiri, maju, adil dan makmur.

"Ruhnya kita cerdaskan kehidupan bangsa. Kita harus miliki inisiatif strategic. Pilar MP3EI yakni pengembangan potensi melalui koridor ekonomi, lalu penguatan konektifitas nasional, dan kemampuan penguatan IPTEK," paparnya.

Hatta menjelaskan, bahwa pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi di enam koridor agar semua investor tidak menumpuk di pulau Jawa. Dia mencontohkan, selama ini Kalimantan hanya mampu menyumbang 4,9 persen GDP nasional, dan Sulawesi 3 persen GDP nasional.

"Hal ini timpang. Prinsip dasar dari pengembangan enam koridor, kita bangun pertumbuhan ekonomi dari Sumatera sampai Papua. Kita tak kembangkan kawasan ekonomi khusus di Jawa. Ini yang memungkinkan pusat pertumbuhan baru," tuturnya.

Ke depan, lanjut dia, setiap sumber daya di tiap koridor, harus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Sehingga Indonesia tidak hanya terjebak dengan masyarakat pendapatan kelas menengah.

"Harus ada pusat pertumbuhan ekonomi baru, jadi pusat industri, sumber daya. Semakin banyak middle class semakin banyak konsumsi energi. BBM itu justru banyak dinikmati mereka," tutupnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8654 seconds (0.1#10.140)