Pemasok komponen mobil Esemka mundur
A
A
A
Sindonews.com - Manajemen PT Solo Manufaktur Kreasi selaku produsen mobil Esemka semakin terpuruk. Setelah pesanan mobil dibatalkan, kini giliran pemasok komponen mundur dari bisnis tersebut.
"Saat ini penyuplai komponen mobil Esemka tinggal 100 UMKM," kata Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi, Sulistyo Rabono di Jawa Tengah, Kamis (30/5/2013).
Menurutnya, kemitraan perusahaannya dengan 100 UMKM terhitung kurang untuk memenuhi pesanan mobil. Saat kemunculan mobil Esemka beberapa waktu lalu, jalinan kemitraan dengan UMKM diklaim tersebar di seluruh Jawa.
PT Solo Manufaktur Kreasi tetap optimistis 7.000 pesanan dapat dipenuhi dengan bantuan kemitraan lokal. Persoalan mitra kerja yang mundur membuat pemenuhan target pesanan tertunda.
"Banyaknya UMKM penyuplai spare part yang mundur, sangat berdampak negatif karena memengaruhi jadwal produksi perakitan mobil. Targetnya jadi semakin molor," ujar dia.
Seperti diketahui, PT Solo Manufaktur Kreasi menargetkan produksi 200 unit mobil per bulan pada awal tahun ini. Optimisme ini didukung perolehan sertifikat kelayakan operasional mobil tersebut dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Sayang, aneka persoalan manajemen mengakibatkan produksi massal belum kunjung dimulai sampai pertengahan tahun ini. PT Solo Manufaktur Kreasi sebatas menjanjikan 200 unit mobil segera didistribusikan ke pemesan pada Juli 2013.
"Perusahaan kami menerima pesanan sampai 7.000 unit. Tapi, baru 500 yang mengonfirmasi ulang. Pada Juli nanti, kita kirim 200 unit," paparnya.
Dalam hal penjualan mobil, perusahaannya menerapkan model pembayaran di muka. Potensial konsumen tercatat dari setoran uang muka 30 persen dari harga jual mobil. satu unit mobil Esemka Rajawali (R2) dibanderol Rp140 juta sampai Rp160 juta. Sedangkan harga Esemka Bima dipasang Rp65 juta sampai Rp75 juta. Perkiraan waktu produksi selama empat bulan sejak pemesanan.
"Saat ini penyuplai komponen mobil Esemka tinggal 100 UMKM," kata Direktur PT Solo Manufaktur Kreasi, Sulistyo Rabono di Jawa Tengah, Kamis (30/5/2013).
Menurutnya, kemitraan perusahaannya dengan 100 UMKM terhitung kurang untuk memenuhi pesanan mobil. Saat kemunculan mobil Esemka beberapa waktu lalu, jalinan kemitraan dengan UMKM diklaim tersebar di seluruh Jawa.
PT Solo Manufaktur Kreasi tetap optimistis 7.000 pesanan dapat dipenuhi dengan bantuan kemitraan lokal. Persoalan mitra kerja yang mundur membuat pemenuhan target pesanan tertunda.
"Banyaknya UMKM penyuplai spare part yang mundur, sangat berdampak negatif karena memengaruhi jadwal produksi perakitan mobil. Targetnya jadi semakin molor," ujar dia.
Seperti diketahui, PT Solo Manufaktur Kreasi menargetkan produksi 200 unit mobil per bulan pada awal tahun ini. Optimisme ini didukung perolehan sertifikat kelayakan operasional mobil tersebut dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Sayang, aneka persoalan manajemen mengakibatkan produksi massal belum kunjung dimulai sampai pertengahan tahun ini. PT Solo Manufaktur Kreasi sebatas menjanjikan 200 unit mobil segera didistribusikan ke pemesan pada Juli 2013.
"Perusahaan kami menerima pesanan sampai 7.000 unit. Tapi, baru 500 yang mengonfirmasi ulang. Pada Juli nanti, kita kirim 200 unit," paparnya.
Dalam hal penjualan mobil, perusahaannya menerapkan model pembayaran di muka. Potensial konsumen tercatat dari setoran uang muka 30 persen dari harga jual mobil. satu unit mobil Esemka Rajawali (R2) dibanderol Rp140 juta sampai Rp160 juta. Sedangkan harga Esemka Bima dipasang Rp65 juta sampai Rp75 juta. Perkiraan waktu produksi selama empat bulan sejak pemesanan.
(izz)