Beijing tingkatkan tarif taksi 30%
A
A
A
Sindonews.com - Ibukota China, Beijing akan menaikkan tarif taksi untuk pertama kalinya sejak 2006. Langkah tersebut dilakukan untuk meningkatkan pendapatan sopir dan keluhan pelanggan yang sulit mencari taksi di saat jam sibuk.
Komisi Pembangunan dan Reformasi Kota Beijing mengatakan, mulai 10 Juni, tarif dasar taksi akan naik sebesar 30 persen menjadi 13 yuan (USD2,12) untuk 3 km pertama (1,86 mil). Setiap kilometer tambahan akan dikenakan biaya 2,3 yuan, naik dari 2 yuan saat ini.
Beijing yang telah terkenal memiliki perjalanan terburuk di dunia, meningkatkan tarif taksi agar sopir taksi berani menarik pagi dan sore di jam sibuk, ketika permintaan sebanyak 20,7 juta penduduk kota itu mengalami kemacetan lalu lintas parah.
"Kemacetan lalu lintas di Beijing benar-benar buruk. Kami banyak menghabiskan waktu di jalan, tapi omzet penumpang jauh lebih rendah," kata Chen Baiwen, seorang sopir taksi, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (6/6/2013).
Bahkan setelah kenaikan tarif ini, taksi di China tetap lebih murah daripada kota besar di negara lain, seperti Tokyo (USD7), London (USD3,30) dan Washington (USD3).
Sopir taksi Beijing rata-rata memperoleh 53.892 yuan pada pendapatan tahun lalu, lebih rendah dari rata-rata pendapatan penduduk kota 56.061 yuan, meski mereka bekerja lebih lama sekitar 10 jam sehari.
Beijing saat ini memiliki 66.646 taksi yang melayani sekitar 700 juta perjalanan di kota yang memiliki luas sekitar setengah negara Belgia itu. Sebanyak 6,6 persen warga menggunakan taksi sebagai transportasi utama mereka, dengan 70 persen perjalanan kurang dari 8 kilometer per perjalanan.
Komisi Pembangunan dan Reformasi Kota Beijing mengatakan, mulai 10 Juni, tarif dasar taksi akan naik sebesar 30 persen menjadi 13 yuan (USD2,12) untuk 3 km pertama (1,86 mil). Setiap kilometer tambahan akan dikenakan biaya 2,3 yuan, naik dari 2 yuan saat ini.
Beijing yang telah terkenal memiliki perjalanan terburuk di dunia, meningkatkan tarif taksi agar sopir taksi berani menarik pagi dan sore di jam sibuk, ketika permintaan sebanyak 20,7 juta penduduk kota itu mengalami kemacetan lalu lintas parah.
"Kemacetan lalu lintas di Beijing benar-benar buruk. Kami banyak menghabiskan waktu di jalan, tapi omzet penumpang jauh lebih rendah," kata Chen Baiwen, seorang sopir taksi, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (6/6/2013).
Bahkan setelah kenaikan tarif ini, taksi di China tetap lebih murah daripada kota besar di negara lain, seperti Tokyo (USD7), London (USD3,30) dan Washington (USD3).
Sopir taksi Beijing rata-rata memperoleh 53.892 yuan pada pendapatan tahun lalu, lebih rendah dari rata-rata pendapatan penduduk kota 56.061 yuan, meski mereka bekerja lebih lama sekitar 10 jam sehari.
Beijing saat ini memiliki 66.646 taksi yang melayani sekitar 700 juta perjalanan di kota yang memiliki luas sekitar setengah negara Belgia itu. Sebanyak 6,6 persen warga menggunakan taksi sebagai transportasi utama mereka, dengan 70 persen perjalanan kurang dari 8 kilometer per perjalanan.
(dmd)