Reksa dana ini aman dikoleksi
A
A
A
Sindonews.com - Analis PT Infovesta Utama, Vilia Wati mengatakan reksa dana pasar uang paling aman untuk dikoleksi menyusul dinaikkannya suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin menjadi 6 persen.
"Untuk saat ini, reksa dana pasar uang menjadi pilihan yang paling aman," kata dia kepada Sindonews, Sabtu (14/6/2013).
Kendati demikian, menurut Vilia, investor juga bisa memanfaatkan koreksi yang terjadi di bursa saham untuk mengakumulasi saham atau reksa dana berbasis saham secara bertahap untuk mendapatkan harga terendah.
Namun, menurut dia, reksa dana saham dengan alokasi yang dominan di tiga sektor, seperti perbankan, properti dan automotif akan terkena imbas dari kenaikan BI rate.
Dia menjelaskan, untuk sektor perbankan, kenaikan suku bunga berpotensi menggerus pendapatan akibat potensi penurunan kredit konsumsi akibat kenaikan suku bunga kredit. Sementara pada sektor properti dan automotif, kenaikan suku bunga kredit bisa berpotensi menurunkan minat calon konsumen yang membeli secara kredit.
"Namun, dampak dari kenaikan BI rate terhadap sektor tersebut hanya bersifat sementara," ujarnya.
Sementara itu, dampak kenaikan BI rate diperkirakan akan lebih terasa pada reksa dana pendapatan tetap, terutama yang alokasinya mayoritas ditempatkan pada obligasi pemerintah. Pasalnya, kenaikan BI rate yang merupakan salah satu acuan suku bunga bebas risiko dapat memicu permintaan imbal hasil (yield) obligasi, yang lebih tinggi dari investor.
"Untuk saat ini, reksa dana pasar uang menjadi pilihan yang paling aman," kata dia kepada Sindonews, Sabtu (14/6/2013).
Kendati demikian, menurut Vilia, investor juga bisa memanfaatkan koreksi yang terjadi di bursa saham untuk mengakumulasi saham atau reksa dana berbasis saham secara bertahap untuk mendapatkan harga terendah.
Namun, menurut dia, reksa dana saham dengan alokasi yang dominan di tiga sektor, seperti perbankan, properti dan automotif akan terkena imbas dari kenaikan BI rate.
Dia menjelaskan, untuk sektor perbankan, kenaikan suku bunga berpotensi menggerus pendapatan akibat potensi penurunan kredit konsumsi akibat kenaikan suku bunga kredit. Sementara pada sektor properti dan automotif, kenaikan suku bunga kredit bisa berpotensi menurunkan minat calon konsumen yang membeli secara kredit.
"Namun, dampak dari kenaikan BI rate terhadap sektor tersebut hanya bersifat sementara," ujarnya.
Sementara itu, dampak kenaikan BI rate diperkirakan akan lebih terasa pada reksa dana pendapatan tetap, terutama yang alokasinya mayoritas ditempatkan pada obligasi pemerintah. Pasalnya, kenaikan BI rate yang merupakan salah satu acuan suku bunga bebas risiko dapat memicu permintaan imbal hasil (yield) obligasi, yang lebih tinggi dari investor.
(rna)