Perbankan masih kaji dampak kenaikan BI Rate
A
A
A
Sindonews.com - Kalangan pelaku perbankan nasional masih mengkaji dampak dari kenaikan BI Rate sebesar 25 basis poin atau 6 persen.
Pelaku perbankan melihat kemungkinan revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) dan kenaikan margin pembiayaan yang menyesuaikan kenaikan BI Rate. Head PermataBank Syariah, Achmad Kusna Permana mengaku masih melakukan kajian terhadap RBB Bank yang dipimpinnya.
Pihaknya memastikan ada dampak kenaikan rate dalam mekanisme murabahah karena acuannya masih kepada lending rate perbankan konvesional. "Acuan syariah kan masih memakai acuan konvesional jadi selisih margin syariah juga pasti naik," katanya di Jakarta akhir pekan lalu.
Selain margin pembiayaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Permata Syariah juga akan meningkat seiring dengan naiknya margin deposito yang diberikan perbankan. Namun Bank Permata Syariah masih mengkaji kenaikan margin deposito dan pembiayaan perbankan tersebut.
"Pasti ada dampak dan ini yang coba kita telusuri, yang pasti jika margin deposito naik maka margin pembiayaan juga naik," katanya.
Sementara, Direktur Bank Syariah Mandiri (BSM), Amran Nasution mengakui akan menaikan margin pembiayaan bagi sektor konsumer di BSM. Menurutnya sektor ini yang paling berpengaruh dengan kenaikan BI Rate karena terhitung masih rendah.
Berbeda dengan margin pembiayaan korporasi yang masih terhitung tinggi di BSM. "Korporasi masih tinggi, jadi enggak akan kami naikkan sedangkan komersial rendah dengan rate sebesar 11-12 persen, untuk sementara masih kita kaji tapi kemungkinan besar di konsumer," katanya.
Sebagai tambahan BI Rate dinaikan untuk menjaga likuiditas rupiah. Kenaikan BI Rate dilakukan BI untuk memperkuat nilai tukar rupiah. BI menilai kenaikan nilai tukar rupiah akan memperbaiki iklim investasi dan menambah investasi yang berdampak kepada peningkatan cadangan devisa pemerintah.
Pelaku perbankan melihat kemungkinan revisi Rencana Bisnis Bank (RBB) dan kenaikan margin pembiayaan yang menyesuaikan kenaikan BI Rate. Head PermataBank Syariah, Achmad Kusna Permana mengaku masih melakukan kajian terhadap RBB Bank yang dipimpinnya.
Pihaknya memastikan ada dampak kenaikan rate dalam mekanisme murabahah karena acuannya masih kepada lending rate perbankan konvesional. "Acuan syariah kan masih memakai acuan konvesional jadi selisih margin syariah juga pasti naik," katanya di Jakarta akhir pekan lalu.
Selain margin pembiayaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Permata Syariah juga akan meningkat seiring dengan naiknya margin deposito yang diberikan perbankan. Namun Bank Permata Syariah masih mengkaji kenaikan margin deposito dan pembiayaan perbankan tersebut.
"Pasti ada dampak dan ini yang coba kita telusuri, yang pasti jika margin deposito naik maka margin pembiayaan juga naik," katanya.
Sementara, Direktur Bank Syariah Mandiri (BSM), Amran Nasution mengakui akan menaikan margin pembiayaan bagi sektor konsumer di BSM. Menurutnya sektor ini yang paling berpengaruh dengan kenaikan BI Rate karena terhitung masih rendah.
Berbeda dengan margin pembiayaan korporasi yang masih terhitung tinggi di BSM. "Korporasi masih tinggi, jadi enggak akan kami naikkan sedangkan komersial rendah dengan rate sebesar 11-12 persen, untuk sementara masih kita kaji tapi kemungkinan besar di konsumer," katanya.
Sebagai tambahan BI Rate dinaikan untuk menjaga likuiditas rupiah. Kenaikan BI Rate dilakukan BI untuk memperkuat nilai tukar rupiah. BI menilai kenaikan nilai tukar rupiah akan memperbaiki iklim investasi dan menambah investasi yang berdampak kepada peningkatan cadangan devisa pemerintah.
(izz)