Harga minyak di Asia terdorong konflik Timur Tengah
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini naik, terdorong kekhawatiran konflik Suriah dan kerusuhan politik di Turki.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Juli, naik lima sen menjadi USD97,82 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus naik tiga sen menjadi USD105,50.
"Ini perang Suriah. Minyak selalu sangat sensitif terhadap semua jenis krisis atau potensi krisis," kata Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Selasa (18/6/2013).
Situasi di Suriah mendominasi pembicaraan awal pertemuan puncak Kelompok Delapan (G8) di Irlandia Utara, di tengah kekhawatiran konflik lebih luas di Timur Tengah.
Harga melonjak sejak pekan lalu, setelah para pejabat AS mengatakan, mereka memiliki bukti penggunaan senjata kimia oleh pasukan pendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad dan mengisyaratkan Washington akan mulai mempersenjatai oposisi.
David Lennox, analis sumber daya Fat Prophets, Sydney mengemukakan, para pedagang juga mengawasi pertemuan Federal Reserve AS (Fed), Rabu (19/6/2013), untuk melihat rencana program stimulus yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif.
"Perasaan tidak akan ada scaleback dalam pelonggaran kuantitatif, dan Federal Reserve akan terus mendukung pertumbuhan. Ini untuk menjaga pasar tetap buoyant," kata Lennox.
Dia juga melihat keprihatinan peristiwa di Turki, yang memperingatkan mungkin melibatkan tentara untuk membantu memadamkan protes anti-pemerintah selama hampir tiga pekan.
Harga patokan minyak utama (dunia) New York, kemarin, mencapai puncak dalam sembilan bulan, karena para pedagang khawatir krisis Suriah bisa memukul pasokan minyak mentah di Timur Tengah.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI), minyak mentah light sweet untuk pengiriman Agustus, mencapai USD98,67 per barel, level terakhir yang terlihat pada September 2012. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus naik menjadi USD106,67 per barel, titik tertinggi sejak 3 April 2013.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Juli, naik lima sen menjadi USD97,82 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus naik tiga sen menjadi USD105,50.
"Ini perang Suriah. Minyak selalu sangat sensitif terhadap semua jenis krisis atau potensi krisis," kata Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Selasa (18/6/2013).
Situasi di Suriah mendominasi pembicaraan awal pertemuan puncak Kelompok Delapan (G8) di Irlandia Utara, di tengah kekhawatiran konflik lebih luas di Timur Tengah.
Harga melonjak sejak pekan lalu, setelah para pejabat AS mengatakan, mereka memiliki bukti penggunaan senjata kimia oleh pasukan pendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad dan mengisyaratkan Washington akan mulai mempersenjatai oposisi.
David Lennox, analis sumber daya Fat Prophets, Sydney mengemukakan, para pedagang juga mengawasi pertemuan Federal Reserve AS (Fed), Rabu (19/6/2013), untuk melihat rencana program stimulus yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif.
"Perasaan tidak akan ada scaleback dalam pelonggaran kuantitatif, dan Federal Reserve akan terus mendukung pertumbuhan. Ini untuk menjaga pasar tetap buoyant," kata Lennox.
Dia juga melihat keprihatinan peristiwa di Turki, yang memperingatkan mungkin melibatkan tentara untuk membantu memadamkan protes anti-pemerintah selama hampir tiga pekan.
Harga patokan minyak utama (dunia) New York, kemarin, mencapai puncak dalam sembilan bulan, karena para pedagang khawatir krisis Suriah bisa memukul pasokan minyak mentah di Timur Tengah.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI), minyak mentah light sweet untuk pengiriman Agustus, mencapai USD98,67 per barel, level terakhir yang terlihat pada September 2012. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus naik menjadi USD106,67 per barel, titik tertinggi sejak 3 April 2013.
(dmd)