Timah pesimis bisa raih laba bersih Rp1 T
A
A
A
Sindonews.com - Emiten Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) produsen timah, PT Timah (Persero) Tbk (TINS) menyatakan pesimis pada tahun ini target laba bersih sebesar Rp1 triliun tercapai.
Pesimistis tersebut dikarenakan anjloknya harga komoditas timah di tingkat internasional. Direktur Utama PT Timah, Sukrisno mengatakan, tercatat hingga Juni 2013, perseroan hanya mampu menjual hasil produksinya di bawah harga USD20 ribu per metrik ton.
Nilai jual tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya, di mana perseroan masih sanggup menjual hasil olahan produksinya dikisaran harga USD21,6 ribu per metrik ton atau turun 0,8 persen.
"Hal ini disebabkan karena faktor alam seperti curah hujan yang tinggi dan banjir. Dengan situasi ekstrem seperti ini, tambang perseroan tidak dapat beroperasi secara optimal. Kalau begini terus, laba Rp1 triliun susah tercapai," katanya usai acara Business Executive Gathering 2013 Kementerian BUMN dan BUMN di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (1/7/2013).
Menurutnya, jika harga jual timah berada di kisaran USD25 ribu hingga USD27 ribu, target pertumbuhan laba bersih perseroan pasti tercapai. Namun, perseroan juga tidak diam saja, TINS juga telah melakukan ragam langkah recovery seperti dengan melakukan penambahan alat produksi dan pembaharuan sistem informasi.
"Melalui langkah ini, pada semester dua mendatang kami optimis dapat mendongkrak penjualan guna mengejar ketertinggalan volume penjualan pada semester satu tahun ini," tambahnya.
Hingga Juni 2013, Timah hanya sanggup membukukan volume penjualan sebesar 12 ribu metrik ton, atau mencapai 40 persen dari target penjualan pada tahun ini yang berada di angka 30 ribu metrik ton.
Masih sedikitnya raihan penjualan yang berhasil dibukukan perseroan sampai semester satu tahun ini, membuat perseroan harus bekerja ekstra demi memuluskan target yang ingin dicapai.
Pesimistis tersebut dikarenakan anjloknya harga komoditas timah di tingkat internasional. Direktur Utama PT Timah, Sukrisno mengatakan, tercatat hingga Juni 2013, perseroan hanya mampu menjual hasil produksinya di bawah harga USD20 ribu per metrik ton.
Nilai jual tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya, di mana perseroan masih sanggup menjual hasil olahan produksinya dikisaran harga USD21,6 ribu per metrik ton atau turun 0,8 persen.
"Hal ini disebabkan karena faktor alam seperti curah hujan yang tinggi dan banjir. Dengan situasi ekstrem seperti ini, tambang perseroan tidak dapat beroperasi secara optimal. Kalau begini terus, laba Rp1 triliun susah tercapai," katanya usai acara Business Executive Gathering 2013 Kementerian BUMN dan BUMN di Hotel Bidakara, Jakarta, Senin (1/7/2013).
Menurutnya, jika harga jual timah berada di kisaran USD25 ribu hingga USD27 ribu, target pertumbuhan laba bersih perseroan pasti tercapai. Namun, perseroan juga tidak diam saja, TINS juga telah melakukan ragam langkah recovery seperti dengan melakukan penambahan alat produksi dan pembaharuan sistem informasi.
"Melalui langkah ini, pada semester dua mendatang kami optimis dapat mendongkrak penjualan guna mengejar ketertinggalan volume penjualan pada semester satu tahun ini," tambahnya.
Hingga Juni 2013, Timah hanya sanggup membukukan volume penjualan sebesar 12 ribu metrik ton, atau mencapai 40 persen dari target penjualan pada tahun ini yang berada di angka 30 ribu metrik ton.
Masih sedikitnya raihan penjualan yang berhasil dibukukan perseroan sampai semester satu tahun ini, membuat perseroan harus bekerja ekstra demi memuluskan target yang ingin dicapai.
(izz)