Investor tak berminat kelola SPBU di Karimunjawa
A
A
A
Sindonews.com - Bisnis pengelolaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kepulauan Karimunjawa ternyata tidak diminati para investor. Alasannya, kuota BBM baik jenis solar maupun premium di Karimunjawa dinilai terlalu minim sehingga untuk balik modal atau meraup keuntungan butuh waktu lama.
Sekretaris Daerah (Sekda) Jepara, Sholih mengatakan, pihaknya sudah menawarkan proposal investasi pembangunan SPBU di wilayah Karimunjawa kepada sejumlah investor. Ternyata hingga hari ini, tidak ada satu pun investor yang berminat menanamkan investasinya di kepulauan yang ada di Laut Jawa tersebut.
Menurut Sholih, ada sejumlah alasan “penolakan” yang dikemukakan para investor tersebut. Yakni mulai belum adanya kapal tanker pengangkut BBM menuju Karimunjawa, hingga minimnya kuota BBM jatah Karimunjawa. Tiap bulannya, kuota BBM Karimunjawa terdiri dari 144 ribu liter solar dan 65 ribu liter bensin premium.
“Karena kebutuhan di sana kecil, maka tidak ada investor yang berminat,” kata Sholih, di Jepara, Jumat (12/7/2013).
Pernyataan serupa juga diungkapkan Wakil Bupati Jepara, Subroto. Menurutnya, dalam hitungan bisnis, pembangunan SPBU di Karimunjawa memang tidak menguntungkan. Sebab butuh waktu lama untuk mengembalikan modal investasi pembangunan SPBU yang diperkirakan memakan biaya sebesar Rp3 miliar.
Padahal di sisi yang lain, berdasar ketentuan dari Pertamina, keuntungan yang diperoleh dari bisnis BBM tersebut hanya Rp180 per liter. Jika keuntungan tersebut dikalikan dengan kuota BBM Karimunjawa, maka dalam satu bulan untung yang bisa diraup sekitar Rp37,6 juta. Seumpama keuntungan Rp30 juta disisihkan agar balik modal maka butuh waktu sekitar 9 tahun lamanya.
“Padahal juga ada kebutuhan bayar gaji pegawai dan operasional lainnya. Investor juga dihadapkan dengan persoalan penyusutan aset, kerusakan alat dan lain sebagainya. Makanya ini memang tidak masuk hitungan bisnis,” ujarnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Jepara, Sholih mengatakan, pihaknya sudah menawarkan proposal investasi pembangunan SPBU di wilayah Karimunjawa kepada sejumlah investor. Ternyata hingga hari ini, tidak ada satu pun investor yang berminat menanamkan investasinya di kepulauan yang ada di Laut Jawa tersebut.
Menurut Sholih, ada sejumlah alasan “penolakan” yang dikemukakan para investor tersebut. Yakni mulai belum adanya kapal tanker pengangkut BBM menuju Karimunjawa, hingga minimnya kuota BBM jatah Karimunjawa. Tiap bulannya, kuota BBM Karimunjawa terdiri dari 144 ribu liter solar dan 65 ribu liter bensin premium.
“Karena kebutuhan di sana kecil, maka tidak ada investor yang berminat,” kata Sholih, di Jepara, Jumat (12/7/2013).
Pernyataan serupa juga diungkapkan Wakil Bupati Jepara, Subroto. Menurutnya, dalam hitungan bisnis, pembangunan SPBU di Karimunjawa memang tidak menguntungkan. Sebab butuh waktu lama untuk mengembalikan modal investasi pembangunan SPBU yang diperkirakan memakan biaya sebesar Rp3 miliar.
Padahal di sisi yang lain, berdasar ketentuan dari Pertamina, keuntungan yang diperoleh dari bisnis BBM tersebut hanya Rp180 per liter. Jika keuntungan tersebut dikalikan dengan kuota BBM Karimunjawa, maka dalam satu bulan untung yang bisa diraup sekitar Rp37,6 juta. Seumpama keuntungan Rp30 juta disisihkan agar balik modal maka butuh waktu sekitar 9 tahun lamanya.
“Padahal juga ada kebutuhan bayar gaji pegawai dan operasional lainnya. Investor juga dihadapkan dengan persoalan penyusutan aset, kerusakan alat dan lain sebagainya. Makanya ini memang tidak masuk hitungan bisnis,” ujarnya.
(gpr)