BKF: Rp10.000 bukan angka keramat
A
A
A
Sindonews.com - Plt Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah hingga Rp10.000 per dolar AS (USD), bukanlah angka keramat.
"Memang kondisinya seperti itu, artinya Rp10 ribu (per dolar AS) bukanlah angka keramat, itu intinya," ujar dia di gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (15/7/2013).
Bambang menyebut hal ini merupakan hasil antara ketidakpastian ekonomi global ditambah dengan inflasi pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Karena kondisi ekonomi global dan di kita sendiri kan masih harus berjuang menghadapi inflasi," kata Bambang.
Dia mengatakan, hedging valas tidak akan dilakukan pemerintah karena terbentur aspek legal yang belum cukup kuat. "Hedging valas tidak akan kita lakukan karena secara legal belum kuat," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari pertama pekan ini terdepresiasi dalam hingga tembus level Rp10.000 per USD, berlawanan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup berhasil bertahan di teritori hijau.
Posisi rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Senin (15/7/2013) melemah tajam sebesar 44 poin dari Rp9.980 per USD pada Jumat (12/7/2013) menjadi Rp10.024 per USD.
Sementara, data Bloomberg mencatat bahwa kurs rupiah sore ini hampir mencapai level Rp10.074 per USD, terdepresiasi sebesar 83 poin dibanding akhir pekan lalu di posisi Rp9.991 per USD.
"Memang kondisinya seperti itu, artinya Rp10 ribu (per dolar AS) bukanlah angka keramat, itu intinya," ujar dia di gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (15/7/2013).
Bambang menyebut hal ini merupakan hasil antara ketidakpastian ekonomi global ditambah dengan inflasi pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Karena kondisi ekonomi global dan di kita sendiri kan masih harus berjuang menghadapi inflasi," kata Bambang.
Dia mengatakan, hedging valas tidak akan dilakukan pemerintah karena terbentur aspek legal yang belum cukup kuat. "Hedging valas tidak akan kita lakukan karena secara legal belum kuat," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari pertama pekan ini terdepresiasi dalam hingga tembus level Rp10.000 per USD, berlawanan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup berhasil bertahan di teritori hijau.
Posisi rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Senin (15/7/2013) melemah tajam sebesar 44 poin dari Rp9.980 per USD pada Jumat (12/7/2013) menjadi Rp10.024 per USD.
Sementara, data Bloomberg mencatat bahwa kurs rupiah sore ini hampir mencapai level Rp10.074 per USD, terdepresiasi sebesar 83 poin dibanding akhir pekan lalu di posisi Rp9.991 per USD.
(izz)