Rupiah kembali terkapar
A
A
A
Sindonews.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada hari kedua pekan ini kembali terkapar, berlawanan dengan menguatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sore ini.
Posisi rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Selasa (16/7/2013) kembali melemah 12 poin dari Rp10.024 per USD pada Senin (15/7/2013) menjadi Rp10.036 per USD.
Sementara data Bloomberg mencatat bahwa kurs rupiah sore ini mencapai level Rp10.103 per USD, terdepresiasi sebesar 29 poin dibanding akhir awal pekan ini di posisi Rp10.074 per USD.
Sedangkan berdasarkan data yahoofinance, mata uang domestik ditutup melemah 20 poin dari sebelumnya di level Rp9.995 per USD menjadi Rp10.015 per USD, dengan kisaran harian Rp10.035 per USD.
Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Sulistyaningsih mengatakan, melemahnya mata uang domestik hingga tembus level di atas Rp10.000 per USD akibat melambatnya ekonomi China, sehingga permintaan ekspor China turun. Ini memberi imbas pada negara lain, termasuk Indonesia.
Di samping itu, BI juga mengurangi intervensinya. Bank Sentral beranggapan intervensi yang dilakukan di tengah tekanan akan sia-sia.
"Lebih tepatnya BI jadi seperti membuang uang apabila mengintervensi," kata Lana.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada sebelumnya menuturkan, seharusnya naiknya BI rate mampu menjadi senjata andalan untuk mempertahankan kekuatan rupiah, namun malah tidak memberi imbas berarti akbiat perlambatan ekonomi di negara Tirai Bambu.
"Pergerakan nilai tukar rupiah bukannya membaik malah longsor ke level Rp10.000, yang sesuai dengan penilaian kami bahwa adanya kenaikan BI rate sebesar 50 basis poin menjadi 6,5 persen tidak dapat langsung membuat rupiah perkasa. Hal ini karena masih adanya berbagai sentimen yang belum mendukung penguatan rupiah," tutup Reza.
Posisi rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada penutupan perdagangan Selasa (16/7/2013) kembali melemah 12 poin dari Rp10.024 per USD pada Senin (15/7/2013) menjadi Rp10.036 per USD.
Sementara data Bloomberg mencatat bahwa kurs rupiah sore ini mencapai level Rp10.103 per USD, terdepresiasi sebesar 29 poin dibanding akhir awal pekan ini di posisi Rp10.074 per USD.
Sedangkan berdasarkan data yahoofinance, mata uang domestik ditutup melemah 20 poin dari sebelumnya di level Rp9.995 per USD menjadi Rp10.015 per USD, dengan kisaran harian Rp10.035 per USD.
Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Sulistyaningsih mengatakan, melemahnya mata uang domestik hingga tembus level di atas Rp10.000 per USD akibat melambatnya ekonomi China, sehingga permintaan ekspor China turun. Ini memberi imbas pada negara lain, termasuk Indonesia.
Di samping itu, BI juga mengurangi intervensinya. Bank Sentral beranggapan intervensi yang dilakukan di tengah tekanan akan sia-sia.
"Lebih tepatnya BI jadi seperti membuang uang apabila mengintervensi," kata Lana.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada sebelumnya menuturkan, seharusnya naiknya BI rate mampu menjadi senjata andalan untuk mempertahankan kekuatan rupiah, namun malah tidak memberi imbas berarti akbiat perlambatan ekonomi di negara Tirai Bambu.
"Pergerakan nilai tukar rupiah bukannya membaik malah longsor ke level Rp10.000, yang sesuai dengan penilaian kami bahwa adanya kenaikan BI rate sebesar 50 basis poin menjadi 6,5 persen tidak dapat langsung membuat rupiah perkasa. Hal ini karena masih adanya berbagai sentimen yang belum mendukung penguatan rupiah," tutup Reza.
(rna)