LSM dituding mengacaukan pembebasan lahan PLTU Batang
A
A
A
Sindonews.com - Terkait pembebasan lahan PLTU Batang yang hampir rampung, Deputi Perencanaan Infrastruktur dan Regional Kemenko Perekonomian Luky Eko Wuryanto menyalahkan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang cenderung memprovokasi masyarakat sehingga pembebasan tanah tersebut menjadi lambat.
"Kita akan duduk bersama, masyarakat yang naif sudah diombang-ambingkan LSM yang bermain di sana. Saya enggak tahu apa tujuan utamanya," ujarnya di gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (16/7/2013).
Luky mengimbau, dikarenakan proyek PLTU Batang ini adalah proyek kerja sama pemerintah dan swasta pertama, maka diharapkan semua pihak mendukung jalannya proyek ini.
"Karena kalau sampai enggak jalan akan jadi preseden buruk. Seringkali masyarakat malah dapat penjelasan kurang pas, dibilang batu bara sisa pembakaran PLTU akan mencemari lingkungan segala lah, ini kan harus dipatahkan," tukasnya.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyebut pertemuan dirinya dengan Senior Vice Minister of Cabinet Office Of Japan, Yasutoshi Nishimura membahas banyak hal. Salah satunya mengenai proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang, Jawa Tengah.
"Salah satu yang dibahas adalah Central Java Power Plant (PLTU Batang) yang merupakan pembangkit listrik terbaik dan terbesar di Asia, menggunakan teknologi super critical 2x1000 megawatt," ujar Menko Perekonomian Hatta Rajasa.
Dia mengutarakan, pokok pembahasan masih terletak pada permasalahan terkait pembebasan lahan PLTU yang digadang-gadang terbesar se-Asia Tenggara.
"Memang sempat ada kekhawatiran dalam masalah pembebasan lahan. Sekarang itu 290 hektar sudah dibebaskan, tinggal sedikit lagi, walaupun yang sedikit itu yang vital. Pokoknya batasan terakhirnya Oktober sudah financial closing," jelas Hatta.
"Kita akan duduk bersama, masyarakat yang naif sudah diombang-ambingkan LSM yang bermain di sana. Saya enggak tahu apa tujuan utamanya," ujarnya di gedung Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (16/7/2013).
Luky mengimbau, dikarenakan proyek PLTU Batang ini adalah proyek kerja sama pemerintah dan swasta pertama, maka diharapkan semua pihak mendukung jalannya proyek ini.
"Karena kalau sampai enggak jalan akan jadi preseden buruk. Seringkali masyarakat malah dapat penjelasan kurang pas, dibilang batu bara sisa pembakaran PLTU akan mencemari lingkungan segala lah, ini kan harus dipatahkan," tukasnya.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyebut pertemuan dirinya dengan Senior Vice Minister of Cabinet Office Of Japan, Yasutoshi Nishimura membahas banyak hal. Salah satunya mengenai proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang, Jawa Tengah.
"Salah satu yang dibahas adalah Central Java Power Plant (PLTU Batang) yang merupakan pembangkit listrik terbaik dan terbesar di Asia, menggunakan teknologi super critical 2x1000 megawatt," ujar Menko Perekonomian Hatta Rajasa.
Dia mengutarakan, pokok pembahasan masih terletak pada permasalahan terkait pembebasan lahan PLTU yang digadang-gadang terbesar se-Asia Tenggara.
"Memang sempat ada kekhawatiran dalam masalah pembebasan lahan. Sekarang itu 290 hektar sudah dibebaskan, tinggal sedikit lagi, walaupun yang sedikit itu yang vital. Pokoknya batasan terakhirnya Oktober sudah financial closing," jelas Hatta.
(gpr)