Pelemahan rupiah dan kejatuhan Dow bayangi IHSG

Rabu, 17 Juli 2013 - 08:34 WIB
Pelemahan rupiah dan...
Pelemahan rupiah dan kejatuhan Dow bayangi IHSG
A A A
Sindonews.com - Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang memproyeksikan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini akan terguncang oleh sejumlah sentimen dari dalam dan luar negeri.

Sementara secara teknikal, sebenarnya IHSG tampak mulai mengalami perlambatan sejalan melambatnya aksi beli.

"IHSG berada pada kisaran 4.600-4.664. Pola inverted hammer di posisi atas terbentuk atas IHSG mengindikasikan melambatnya aksi beli," kata Edwin, Rabu (17/7/2013).

Dari dalam negeri, Edwin mengamati sedang terjadi fenomena lucu, yakni setelah Bank Indonesia menaikkan BI rate 50 basis poin dan mengintervensi FX market dengan puluhan miliar USD, ternyata USD/IDR tembus di atas Rp10.000, tetapi akhir-akhir ini BI bersama pemerintah ramai mengatakan level 10.000 untuk rupiah bukanlah level keramat.

"So, pertanyaan sederhana saya adalah kenapa BI perlu repot-repot melakukan intervensi dengan menghabiskan puluhan miliar USD cadangan devisa kalaupun USD/IDR tembus di atas 10.000? Dan untuk menutupi kegagalan, mereka pada akhirnya mengatakan level 10.000 bukan level keramat," papar dia.

Menurut dia, lebih baik dibiarkan saja USD/IDR floating di atas 10.000 dan cadangan devisa bisa digunakan untuk kepentingan lain dan BI rate cukup naik 25 basis poin karena inflasi juga belum dalam level mengkhawatirkan.

Dari luar negeri, akhirnya Dow turun 32,41 poin (0,21 persen) ditutup pada level 15.451,85 diiringi kenaikan The Vix 4,57 persen ditutup pada level 14,42 di tengah kenaikan terbesar sejak Januari 2006.

Kejatuhan tersebut terjadi setelah Dow naik delapan hari, dipimpin kejatuhan saham Walt Disney dan Coca-Cola serta menjelang Semi-Annual Testimony Bernanke Rabu di depan Congress untuk didengar penjelasannya mengenai ke arah mana stimulus moneter tersebut akan berada.

Home Builder Confidence Juli menjadi 57 dari sebelumnya revisi Juni level 51 dan di atas ekspektasi ekonom pada level 52 serta naiknya CPI bulan Juni 0,5 persen didorong kenaikan harga BBM, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi ekonom 0,3 persen (di luar biaya makanan dan energi yang menjadi core inflasi Juni 0,2 persen).

Serta data industrial production bulan Juni naik 0,3 persen atau lebih tinggi dibandingkan ekspektasi ekonom 0,2 persen.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0775 seconds (0.1#10.140)