Harga minyak di Asia terangsang pertumbuhan global
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini naik tipis, karena data positif ekonomi di konsumen energi utama Amerika Serikat dan China, mendorong optimisme terhadap permintaan global. Harga juga didukung kekhawatiran gangguan pasokan di Timur Tengah dan Afrika.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, naik 64 sen menjadi USD108,53 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk September, naik 50 sen menjadi USD110,04 per barel.
"Harga minyak mentah telah bereaksi terhadap pertumbuhan global, di Amerika Serikat dan China, dua users terbesar minyak mentah," kata Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura, dalam catatannya, seperti dilansir dari AFP, Jumat (2/8/2013).
"Tanda-tanda pertumbuhan di kedua negara positif untuk harga minyak mentah," tambahnya.
Institute for Supply Management pada Kamis waktu setempat, mengatakan, indeks manajer pembelian (PMI) AS melompat ke level tertinggi dalam dua tahun sebesar 55,4 poin pada Juli, 4,5 persen lebih tinggi dari Juni, yang berada di angka 50,9 poin. Angka di atas 50 menunjukkan pertumbuhan, sementara di bawah sinyal kontraksi.
PMI resmi China juga menunjukkan peningkatan mengejutkan 50,3 poin pada bulan lalu, dari 50,1 poin pada Juni, sepotong data ekonomi positif dari kekuatan ekonomi Asia, yang telah melambat dalam beberapa bulan terakhir.
"Jelas, pemerintah China akan melakukan apapun untuk menjaga perekonomian dan tidak akan mengizinkan pertumbuhan di bawah target 7 persen," kata Teoh.
Investor juga mencermati potensi gangguan pasokan di Timur Tengah dan Afrika. "Protes di ladang minyak Libya, pemberontakan yang menargetkan pipa Irak, masalah teknis dan pencurian minyak di Nigeria (memiliki) membawa kekhawatiran terhadap ketersediaan pasokan," kata Lee Chen Hoay, analis investasi Phillip Futures, Singapura.
Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, naik 64 sen menjadi USD108,53 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk September, naik 50 sen menjadi USD110,04 per barel.
"Harga minyak mentah telah bereaksi terhadap pertumbuhan global, di Amerika Serikat dan China, dua users terbesar minyak mentah," kata Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura, dalam catatannya, seperti dilansir dari AFP, Jumat (2/8/2013).
"Tanda-tanda pertumbuhan di kedua negara positif untuk harga minyak mentah," tambahnya.
Institute for Supply Management pada Kamis waktu setempat, mengatakan, indeks manajer pembelian (PMI) AS melompat ke level tertinggi dalam dua tahun sebesar 55,4 poin pada Juli, 4,5 persen lebih tinggi dari Juni, yang berada di angka 50,9 poin. Angka di atas 50 menunjukkan pertumbuhan, sementara di bawah sinyal kontraksi.
PMI resmi China juga menunjukkan peningkatan mengejutkan 50,3 poin pada bulan lalu, dari 50,1 poin pada Juni, sepotong data ekonomi positif dari kekuatan ekonomi Asia, yang telah melambat dalam beberapa bulan terakhir.
"Jelas, pemerintah China akan melakukan apapun untuk menjaga perekonomian dan tidak akan mengizinkan pertumbuhan di bawah target 7 persen," kata Teoh.
Investor juga mencermati potensi gangguan pasokan di Timur Tengah dan Afrika. "Protes di ladang minyak Libya, pemberontakan yang menargetkan pipa Irak, masalah teknis dan pencurian minyak di Nigeria (memiliki) membawa kekhawatiran terhadap ketersediaan pasokan," kata Lee Chen Hoay, analis investasi Phillip Futures, Singapura.
(dmd)