Lebaran, permintaan dodol meningkat tajam
A
A
A
Sindonews.com - Berkah Ramadan dan Lebaran dirasakan sejumlah industri dodol di Desa Tebing Gerinting, Kecamatan Indralaya Selatan, Kabupaten Ogan Ilir (OI). Pasalnya, sejak H-7 Hari Raya Idul Fitri 1433 Hijriah, permintaan (demand) makanan khas Lebaran, dodol semakin menunjukkan peningkatan.
Salah satu pengrajin dodol, Marida mengaku mendekati Lebaran ini memang permintaan pembuatan dodol meningkat. Peningkatan permintaan itu bukan datang dari desa setempat melainkan dari luar OI.
“Kini banyak warga yang membuat dodol dirumah kemudian akan dipasarkan langsung ke berbagai daerah di Pulau Sumatera seperti Palembang, Jambi, Lahat, OKI, OI, Banyuasin, dan daerah lainnya di Sumsel,” kata Marida di Inderalaya belum lama ini.
Wanita yang sudah berkecimpung dalam industri dodol sejak puluhan tahun ini menegaskan bahwa akibat tingginya permintaan pembuatan dodol, pihaknya terpaksa harus menambah kauntitas tenaga.
Selama ini, kata dia, biasanya hanya memperkerjakan sekitar 2 orang, kini ditambah menjadi 6 orang. Pengerjaan pembuatan dodol ini tergantung dari banyaknya pesanan.
“Kami akui setiap menjelang Idul Fitri dan Idul Adha, pesanan dodol kami laris manis. Memang dapat dikatakan industri pembuatan dodol ini sebagai industri musiman dan tergantung dari pesanan,” ujar dia.
Dalam sehari, kata dia, pihaknya mampu memproduksi sekitar 1,5 ton dodol. Untuk harga jual dodol biasa ini sendiri sekitar Rp22.000 per kilogram. Sementara untuk harga dodol yang telah dicampur dengan olahan durian dijual Rp25.000 per kg.
Untuk beberapa kali produksi dodol ini, lanjut dia, setidaknya dibutuhkan sekitar 1.600 hingga 2.000 kelapa. Kelapa itu langsung dibeli dari Pasar Buah Palembang.
“Kami langsung membeli kelapa dari Palembang. Untung saja tahun ini persediaan kelapa di Palembang ada sehingga tidak menganggu proses produksi dodol kami ini. Ya, kalau tahun lalu, kami sempat merugi akibat putusnya stok kelapa di Palembang,” terang dia.
Untuk kompensasi yang diberikan kepada pekerja, lanjut dia, pihaknya memberikan upah sebesar Rp100.000 per hari per pekerja.
Dia berharap momentum Ramadan, Idul Fitri ini diupayakan dapat menambah berkah dalam menjalankan aktivitas membuat hingga menjual dodol ini ke tengah masyarakat.
Sementara itu, Sumirna, salah satu pedagang Pasar Inderalaya mengaku memang penjualan dodol dapat dikatakan musiman. Biasanya permintaan dan penjualan meinngkat terjadi pada Idul Fitri dan Idul Adha mendatang.
“Saya juga menjual dodol ini karena pelanggan lama sudah ada. Jadilah sekalian menambah penghasilan dari menjual sayur mayor,” akunya.
Salah satu pengrajin dodol, Marida mengaku mendekati Lebaran ini memang permintaan pembuatan dodol meningkat. Peningkatan permintaan itu bukan datang dari desa setempat melainkan dari luar OI.
“Kini banyak warga yang membuat dodol dirumah kemudian akan dipasarkan langsung ke berbagai daerah di Pulau Sumatera seperti Palembang, Jambi, Lahat, OKI, OI, Banyuasin, dan daerah lainnya di Sumsel,” kata Marida di Inderalaya belum lama ini.
Wanita yang sudah berkecimpung dalam industri dodol sejak puluhan tahun ini menegaskan bahwa akibat tingginya permintaan pembuatan dodol, pihaknya terpaksa harus menambah kauntitas tenaga.
Selama ini, kata dia, biasanya hanya memperkerjakan sekitar 2 orang, kini ditambah menjadi 6 orang. Pengerjaan pembuatan dodol ini tergantung dari banyaknya pesanan.
“Kami akui setiap menjelang Idul Fitri dan Idul Adha, pesanan dodol kami laris manis. Memang dapat dikatakan industri pembuatan dodol ini sebagai industri musiman dan tergantung dari pesanan,” ujar dia.
Dalam sehari, kata dia, pihaknya mampu memproduksi sekitar 1,5 ton dodol. Untuk harga jual dodol biasa ini sendiri sekitar Rp22.000 per kilogram. Sementara untuk harga dodol yang telah dicampur dengan olahan durian dijual Rp25.000 per kg.
Untuk beberapa kali produksi dodol ini, lanjut dia, setidaknya dibutuhkan sekitar 1.600 hingga 2.000 kelapa. Kelapa itu langsung dibeli dari Pasar Buah Palembang.
“Kami langsung membeli kelapa dari Palembang. Untung saja tahun ini persediaan kelapa di Palembang ada sehingga tidak menganggu proses produksi dodol kami ini. Ya, kalau tahun lalu, kami sempat merugi akibat putusnya stok kelapa di Palembang,” terang dia.
Untuk kompensasi yang diberikan kepada pekerja, lanjut dia, pihaknya memberikan upah sebesar Rp100.000 per hari per pekerja.
Dia berharap momentum Ramadan, Idul Fitri ini diupayakan dapat menambah berkah dalam menjalankan aktivitas membuat hingga menjual dodol ini ke tengah masyarakat.
Sementara itu, Sumirna, salah satu pedagang Pasar Inderalaya mengaku memang penjualan dodol dapat dikatakan musiman. Biasanya permintaan dan penjualan meinngkat terjadi pada Idul Fitri dan Idul Adha mendatang.
“Saya juga menjual dodol ini karena pelanggan lama sudah ada. Jadilah sekalian menambah penghasilan dari menjual sayur mayor,” akunya.
(gpr)