Bensin premium di Siberut tembus Rp20 ribu/liter
A
A
A
Sindonews.com - Kendati harga premium yang ditetapkan pemerintah saat ini Rp6.500 per liter, namun harga premium di pedalaman Pulau Siberut di Dusun Ugai, Desa Madobak, Kecamatan Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, mencapai Rp20 ribu per liter.
Raymundus, warga Dusun Ugai mengatakan, mahalnya harga premium atau bensin sangat menyulitkan mereka. Apalagi kenaikan itu disertai naiknya harga kebutuhan pokok dan jarak ke daerah tersebut menempuh waktu dua jam untuk jalan darat. Itu pun jalan berlumpur dan licin, jika melalui transportasi sungai bisa tembus empat sampai enam jam dengan perahu mesin.
"Jika persediaan banyak, harga berkisar Rp17 ribu per liter. Namun jika stok bensin sudah menipis, harga langsung dilambungkan penjual eceran hingga Rp20 ribu per liter. Itu terjadi di Dusun Madobak, Matotonan dan Silak Oinan, tingginya harga tersebut kehidupan ekonomi kami makin tercekik," terangnya, Selasa (20/8/2013).
Menurutnya, mereka merasa keberatan dengan harga yang sangat mahal itu. "Bagi kami ekonomi rendah ini sangat sulit untuk membeli," ujarnya.
Dia berharap pemerintah mengawasi harga BBM dengan ketat, sehingga mereka yang ekonominya pas-pasan tidak semakin terjepit.
Sementara, Camat Siberut Selatan, Tambunan Lumban Raja yang dikonfirmasi perihal mahalnya harga premium itu menganggap wajar. Karena yang dijual di pedalaman Siberut itu bukan premium subsidi namun jatah industri.
"BBM yang dijual di hulu bukan subsidi namun industri yang harganya Rp15 ribu per liter yang masuk secara ilegal. Sementara kalau yang disubsidi harga eceran yang ditetapkan di Siberut Rp8.500 per liter untuk di wilayah tersebut," katanya.
Menurut dia, peredaran BBM Industri di hulu disebabkan pasokan BBM subsidi belum memenuhi kuota riil kebutuhan masyarakat. Dia juga mengatakan, BBM yang masuk ke Siberut Selatan hanya 40 ton per bulan, sementara konsumen ada di tiga kecamatan, yakni Siberut Tengah, Siberut Barat Daya dan Siberut Selatan.
"Jadi ketika BBM bersubsidi habis, yang dijual jatah industri sehingga harga menjadi mahal," ujarnya.
Dia mengungkapkan, Bupati Mentawai, Yudas Sabaggalet belum memberikan surat ederan terkait harga eceran tertinggi (Het). "Kita menduga ada penyusup memasukkan BBM ilegal tanpa izin lewat Saibi, Katurei kemudian dibawa ke Muara Siberut, contohnya di Muara Siberut saja harga bensin satu liter Rp15.000," ujar Lumban.
Pihaknya mengaku belum bisa mengambil sikap, karena Dinas Perindustrian Koperasi dan UKM Mentawai belum memutuskan soal Het. "Kalau surat edaran bupati sudah keluar, kita akan mengundang Muspika termasuk yang memiliki wewenang untuk menertibkan harga BBM tersebut. Jadi sekarang kita tidak punya landasan penertiban itu," katanya.
Lumban mengarakan, seharusnya pihak pangkalan memberikan sanksi kepada penjual minyak subsidi dengan harga tinggi, dengan cara memutus hubungan kerja dengan pengecer.
"Selanjutnya pangkalan juga memperbolehkan masyarakat untuk membeli minyak di tempatnya agar masyarakat bisa menjangkau dengan harga lebih rendah, yang jelas kita akan upayakan terus mengatasi masalah ini," pungkas dia.
Raymundus, warga Dusun Ugai mengatakan, mahalnya harga premium atau bensin sangat menyulitkan mereka. Apalagi kenaikan itu disertai naiknya harga kebutuhan pokok dan jarak ke daerah tersebut menempuh waktu dua jam untuk jalan darat. Itu pun jalan berlumpur dan licin, jika melalui transportasi sungai bisa tembus empat sampai enam jam dengan perahu mesin.
"Jika persediaan banyak, harga berkisar Rp17 ribu per liter. Namun jika stok bensin sudah menipis, harga langsung dilambungkan penjual eceran hingga Rp20 ribu per liter. Itu terjadi di Dusun Madobak, Matotonan dan Silak Oinan, tingginya harga tersebut kehidupan ekonomi kami makin tercekik," terangnya, Selasa (20/8/2013).
Menurutnya, mereka merasa keberatan dengan harga yang sangat mahal itu. "Bagi kami ekonomi rendah ini sangat sulit untuk membeli," ujarnya.
Dia berharap pemerintah mengawasi harga BBM dengan ketat, sehingga mereka yang ekonominya pas-pasan tidak semakin terjepit.
Sementara, Camat Siberut Selatan, Tambunan Lumban Raja yang dikonfirmasi perihal mahalnya harga premium itu menganggap wajar. Karena yang dijual di pedalaman Siberut itu bukan premium subsidi namun jatah industri.
"BBM yang dijual di hulu bukan subsidi namun industri yang harganya Rp15 ribu per liter yang masuk secara ilegal. Sementara kalau yang disubsidi harga eceran yang ditetapkan di Siberut Rp8.500 per liter untuk di wilayah tersebut," katanya.
Menurut dia, peredaran BBM Industri di hulu disebabkan pasokan BBM subsidi belum memenuhi kuota riil kebutuhan masyarakat. Dia juga mengatakan, BBM yang masuk ke Siberut Selatan hanya 40 ton per bulan, sementara konsumen ada di tiga kecamatan, yakni Siberut Tengah, Siberut Barat Daya dan Siberut Selatan.
"Jadi ketika BBM bersubsidi habis, yang dijual jatah industri sehingga harga menjadi mahal," ujarnya.
Dia mengungkapkan, Bupati Mentawai, Yudas Sabaggalet belum memberikan surat ederan terkait harga eceran tertinggi (Het). "Kita menduga ada penyusup memasukkan BBM ilegal tanpa izin lewat Saibi, Katurei kemudian dibawa ke Muara Siberut, contohnya di Muara Siberut saja harga bensin satu liter Rp15.000," ujar Lumban.
Pihaknya mengaku belum bisa mengambil sikap, karena Dinas Perindustrian Koperasi dan UKM Mentawai belum memutuskan soal Het. "Kalau surat edaran bupati sudah keluar, kita akan mengundang Muspika termasuk yang memiliki wewenang untuk menertibkan harga BBM tersebut. Jadi sekarang kita tidak punya landasan penertiban itu," katanya.
Lumban mengarakan, seharusnya pihak pangkalan memberikan sanksi kepada penjual minyak subsidi dengan harga tinggi, dengan cara memutus hubungan kerja dengan pengecer.
"Selanjutnya pangkalan juga memperbolehkan masyarakat untuk membeli minyak di tempatnya agar masyarakat bisa menjangkau dengan harga lebih rendah, yang jelas kita akan upayakan terus mengatasi masalah ini," pungkas dia.
(izz)