Harga minyak di Eropa tergelincir

Senin, 26 Agustus 2013 - 19:31 WIB
Harga minyak di Eropa...
Harga minyak di Eropa tergelincir
A A A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan elektronik Eropa hari ini lebih rendah, karena investor menahan mengambil posisi di tengah meningkatnya ketegangan Suriah.

Perdagangan di London tutup terkait hari libur bank Senin (26/8/2013), tetapi perdagangan elektronik di Intercontinental Exchange (ICE) minyak Brent North Sea untuk pengiriman Oktober merosot ke USD110,94 per berel, turun dari USD111,04 per barel pada penutupan Jumat (23/8/2013).

Pada saat yang sama di New York Mercantile Exchange (NYMEX), minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober naik tipis menjadi USD106,56 per barel, dari USD106,42 per barel pada Jumat malam.

Ketidakstabilan di Timur Tengah terus mendukung harga minyak di tengah krisis politik Mesir, dan meningkatnya pembicaraan tentang intervensi Barat di Suriah atas tuduhan bahwa pasukan pemerintah menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil.

"Pedagang bekerja pada premi risiko menanggapi peristiwa di Suriah dan Mesir," kata Ric Spooner, kepala analis pasar CMC Markets, Sydney, seperti dilansir dari AFP.

"Situasi di Timur Tengah menambah kekhawatiran pasokan yang mempengaruhi harga selama beberapa hari," ucap Lysu Paez-Cortez, analis Natixis, bank investasi di Paris.

Namun, Paez-Cortez mencatat secara keseluruhan pasar lebih fundamental dengan output lebih baik disediakan negara-negara OPEC.

Ekspor minyak di terminal minyak Brega, Libya telah kembali, setelah terhenti beberapa pekan terkait sengketa dengan penjaga keamanan yang menuduh pemerintah korup, menjual minyak mentah lebih dari yang didokumentasikan.

Tiga terminal tetap diblokir dalam sengketa yang menyebabkan produksi anjlok dari 1,42 juta barel per hari (bph) menjadi 330.000 bph, sebelum naik lagi ke 670.000 bph.

Spekulasi mengenai waktu peruncingan stimulus Federal Reserve AS juga mempengaruhi harga minyak. Komite Pasar Terbuka Federal sebelumnya mengindikasikan akan mulai melancipkan program pembelian obligasi USD85 miliar per bulan, mulai awal September, jika perekonomian terus membaik.

Tapi, setelah data penjualan perumahan yang dirilis pada Jumat menunjukkan perlambatan, muncul kekhawatiran Fed akan menunggu rencana tersebut.

"Dalam jangka pendek kita melihat skenario harga maksimum antara USD100 hingga USD110 per barel," ujar Paez-Cortez.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8217 seconds (0.1#10.140)