Delapan juta UKM di Jabar terancam kolaps
A
A
A
Sindonews.com - Sekitar delapan juta pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Jawa Barat (Jabar) terancam berhenti beroperasi jika nilai tukar rupiah tembus Rp12.000 per dolar Amerika Serikat (USD).
Ancaman atas berhentinya operasional industri UKM, bisa dilihat di beberapa sektor. Di antarantanya industri tahu dan tempe yang mengandalkan bahan baku kedelai impor, home industry tekstil atau garmen, perajin boneka, hingga sektor perdagangan yang menjual produk impor.
"Dari sekitar delapan juta UKM di Jawa Barat, hampir semua pelaku usaha menggunakan komponen impor. Kami khawatir, nilai tukar rupiah yang terus melemah akan berdampak langsung terhadap pelaku UKM," jelas Wakil Ketua Kadin Jabar bidang Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM), Iwan Gunawan di Bandung, Selasa (27/8/2013).
Menurutnya, ancaman nyata terhadap kelangsungan usaha UKM yaitu mereka yang menggunakan komponen impor secara langsung. Dari delapan juta UKM, ada sekitar 30 persen pelaku usaha yang berhubungan dengan bahan baku impor.
Home industry pada sektor tersebut, terancam terkena rantai pelemahan nilai tukar rupiah apabila harga industri tekstil berskala besar menaikkan harga benang dan kain, akibat naiknya harga kapas impor.
"Masalahnya, hampir semua industri di dalam negeri dari sektor hulu sampai hilir berkaitan dengan produk impor. Ini mestinya menjadi pemikiran bersama untuk membuat produk subtitusi," pungkas dia.
Ancaman atas berhentinya operasional industri UKM, bisa dilihat di beberapa sektor. Di antarantanya industri tahu dan tempe yang mengandalkan bahan baku kedelai impor, home industry tekstil atau garmen, perajin boneka, hingga sektor perdagangan yang menjual produk impor.
"Dari sekitar delapan juta UKM di Jawa Barat, hampir semua pelaku usaha menggunakan komponen impor. Kami khawatir, nilai tukar rupiah yang terus melemah akan berdampak langsung terhadap pelaku UKM," jelas Wakil Ketua Kadin Jabar bidang Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM), Iwan Gunawan di Bandung, Selasa (27/8/2013).
Menurutnya, ancaman nyata terhadap kelangsungan usaha UKM yaitu mereka yang menggunakan komponen impor secara langsung. Dari delapan juta UKM, ada sekitar 30 persen pelaku usaha yang berhubungan dengan bahan baku impor.
Home industry pada sektor tersebut, terancam terkena rantai pelemahan nilai tukar rupiah apabila harga industri tekstil berskala besar menaikkan harga benang dan kain, akibat naiknya harga kapas impor.
"Masalahnya, hampir semua industri di dalam negeri dari sektor hulu sampai hilir berkaitan dengan produk impor. Ini mestinya menjadi pemikiran bersama untuk membuat produk subtitusi," pungkas dia.
(izz)