Harga minyak di Asia melemah
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini melemah, setelah kekhawatiran intervensi AS terhadap Suriah surut. Menurut analis, data ekonomi global yang optimis membatasi kerugian pada minyak.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, turun USD1,01 menjadi 106,64 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, merosot 19 sen menjadi USD114,14 per barel.
"Fokus saat ini berada pada situasi makro-ekonomi global dan sentimen investor kini lebih baik dibandingkan nasib bulan sebelumnya," ujar Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura, seperti dilansir dari AFP.
Potensi serangan AS terhadap Suriah atas dugaan penggunaan senjata kimia dimasukkan pada backburner, setelah Presiden Barack Obama mengatakan, pihaknya akan mencari dukungan kongres, yang baru akan kembali setelah reses Senin (9/9/2013).
Sementara data selama akhir pekan menunjukkan, bahwa indeks manajer pembelian (PMI) resmi China naik 51,0 poin pada bulan lalu, lebih baik dari 50,3 poin pada Juli. Angka ini menjadi pembacaan terbaik sejak April tahun lalu. Hasil mengikuti sejumlah data optimis terbaru yang menunjukkan perlambatan di konsumen energi terbesar dunia itu mungkin telah berakhir.
Selain itu, aktivitas manufaktur Zona Euro mencapai rekor tertinggi dalam 26 bulan pada Agustus. Hal ini menegaskan data lain yang menunjukkan, bahwa blok mata uang tunggal tersebut mulai keluar dari resesi mendalam.
Survei yang dilakukan Markit Economics itu menunjukkan PMI 17 negara euro di sektor manufaktur melonjak menjadi 51,4 poin pada Agustus, dari 50,3 poin bulan sebelumnya.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, turun USD1,01 menjadi 106,64 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, merosot 19 sen menjadi USD114,14 per barel.
"Fokus saat ini berada pada situasi makro-ekonomi global dan sentimen investor kini lebih baik dibandingkan nasib bulan sebelumnya," ujar Kelly Teoh, ahli strategi pasar IG Markets, Singapura, seperti dilansir dari AFP.
Potensi serangan AS terhadap Suriah atas dugaan penggunaan senjata kimia dimasukkan pada backburner, setelah Presiden Barack Obama mengatakan, pihaknya akan mencari dukungan kongres, yang baru akan kembali setelah reses Senin (9/9/2013).
Sementara data selama akhir pekan menunjukkan, bahwa indeks manajer pembelian (PMI) resmi China naik 51,0 poin pada bulan lalu, lebih baik dari 50,3 poin pada Juli. Angka ini menjadi pembacaan terbaik sejak April tahun lalu. Hasil mengikuti sejumlah data optimis terbaru yang menunjukkan perlambatan di konsumen energi terbesar dunia itu mungkin telah berakhir.
Selain itu, aktivitas manufaktur Zona Euro mencapai rekor tertinggi dalam 26 bulan pada Agustus. Hal ini menegaskan data lain yang menunjukkan, bahwa blok mata uang tunggal tersebut mulai keluar dari resesi mendalam.
Survei yang dilakukan Markit Economics itu menunjukkan PMI 17 negara euro di sektor manufaktur melonjak menjadi 51,4 poin pada Agustus, dari 50,3 poin bulan sebelumnya.
(dmd)